Mohon tunggu...
Rudy Hidayat
Rudy Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta || 20107030146

Hanya melakukan apa yang disukai selama tidak melanggar aturan dan yang menjadi kewajiban, selebihnya tidak ada.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sejarah Manga Jepang dan Industrinya pada Masa Sekarang

10 Maret 2021   18:25 Diperbarui: 10 Maret 2021   19:39 3648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tensai-indonesia.com

Dari kalian pasti pernah atau sering membaca manga atau komik Jepang. Jepang merupakan salah satu negara yang memproduksi komik atau manga terbesar di dunia. Penjualan manga di Jepang per tahunnya dapat mencapai 500 juta manga dalam bentuk majalah, serta 450 juta dalam bentuk buku atau komik.

Manga secara harfiah dapat diartikan sebagai lukisan bebas atau lukisan yang digambar semaunya tanpa tujuan tertentu. Ada tiga orang yang berkaitan langsung dengan sejarah manga, yaitu Kakuyu atau Toba Sojo, Katsushika Hokusai, dan Osamu Tezuka.

Dimulai dari Kakuyu atau dikenal juga dengan nama Toba Sojo, dia adalah seorang pendeta Budha yang hidup pada zaman Heian. Jadi, dia dulu sering melukis di gulungan kertas memakai kuas, dia kebanyakan melukis binatang seperti kelinci, kera, dan katak yang sedang melakukan aktivitas manusia, seperti kelinci yang sedang berenang, ada juga katak yang sedang bergulat.

Gulungan Kakuyu yang berhasil ditemukan ini terdapat 4 buah gulungan, masing-masing dari gulungan tersebut berukuran panjang 30 cm dengan lebar 11,5 cm. Gulungan tersebut kemudian dinamakan "Choju-Giga", yang kemudian diadaptasi menjadi anime yang judulnya hampir mirip yaitu "Sengoku Choujuu Giga".

Kemudian Katsushika Hokusai, yang merupakan seorang pelukis Ukiyo-E yang sangat terkenal. Ukiyo-E ini merupakan jenis lukisan yang terkenal pada zaman Edo antara tahun 1603-1867. Pada waktu itu Ukiyo-E disukai oleh semua kalangan, karena dianggap sebagai hiburan--yang berbentuk lukisan--yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.

Gambar Ukiyo-E ini bermacam-macam, mulai dari manusia, hewan, kabuki, sampai gambar yang berbau erotis. Saking terkenalnya gambar-gambar Katsushika Hokusai pada zaman itu, akhirnya pada tahun 1814 dia menerbitkan buku yang diberi judul "Hokusai Manga". Di dalam buku tersebut terdapat sekitar 4000 gambar, sampai akhirnya buku tersebut dijuluki sebagai ensiklopedia manga dan dianggap sebagai buku pedoman sketsa pada waktu itu.

Pada zaman modern, ada Osamu Tezuka yang dianggap sebagai pioneer untuk manga zaman modern. Dia dianggap sebagai pioneer karena memang dia yang mengawali berbagai hal dalam produksi manga modern. Osamu Tezuka merupakan orang pertama yang menggambar manga dengan bantuan beberapa asisten. 

Semua gambarnya dikerjakan oleh asisten kecuali pada bagian mata, karena dia percaya kalau bagian mata ini merupakan bagian yang paling penting. Mata merupakan bagian yang dapat menggambarkan kepribadian dari karakternya. Sistem produksi dengan menggunakan asisten tersebut akhirnya dapat menghasilkan seratus halaman perbulan.

"Bagi saya, sumber rasa sakit terbesar saya adalah gambar-gambar saya. Saya sungguh tidak dapat menggambar. Saya menderita sekali karena gambar saya. " Ungkap Tezuka.

Osamu Tezuka juga yang memperbaharui sistem panel yang terdapat pada manga, dia memperbaharuinya menjadi lebih dinamis. Garis-garis efek yang terdapat di manga juga ternyada dia yang mengembangkannya. Selain itu, dia juga yang mempelopori revolusi anime di Jepang, lewat anime pertamanya yang berjudul "Astroboy" yang pertama kali tayang pada tahun 1963.

Banyak yang bilang bahwa Osamu Tezuka ini seperti Walt Disney-nya Jepang, karena memang pada kenyataanya Tezuka pada waktu kecil merupakan penggemar film-film Disney. Sampai akhirnya hal tersebut menjadi inspirasi untuk gambar-gambarnya Tezuka.

Setelah era Osamu Tezuka akhirnya banyak manga-manga yang bermunculan, bahkan banyak juga yang mulai masuk ke Indonesia. Kebanyakan manga tersebut masuk ke Indonesia melalui Elex Media Komputindo pada tahun 1980-an. Mulai dari manga Candy Candy, bahkan ada beberapa yang kemudian menjadi legend seperti "Dragon Ball" dan "Doraemon".

Ngomong-ngomong soal Doraemon, kalian tau tidak kalau ternyata yang membuat Doraemon yaitu Fujiko Fujio itu ternyata dua orang. Jadi, sebenarnya Fujiko Fujio ini merupakan nama pena dari Hiroshi Fujimoto dan Motoo Abiko. Mereka berdua merupakan murid dari Osamu Tezuka. Mereka bekerja sama menggunakan nama Fujiko Fujio yang kemudian membuat banyak karya, salah satunya yaitu Doraemon. Namun, pada tahun 1997 mereka pecah kongsi, mereka mulai menggunakan namanya masing-masing. Fujimoto memakai nama Fujiko F. Fujio sedangkan Abiko memakai nama Fujiko A. Fujio, yang akhirnya Fujimoto yang memakai nama Fujiko F. Fujio yang melanjutkan Doraemon.

Selain Doraemon, salah satu manga yang ramai di Indonesia pada saat itu yaitu "Detektif Conan" yang hingga sekarang ceritanya masih belum berakhir. Setelah itu mulailah era "One Piece" dan juga "Naruto", kedua manga ini sangat laris di Indonesia dan memiliki penggemar yang begitu banyak.

Sayangnya selama beberapa tahun belakangan ini, angka penjualan manga ini terus menurun. Hal tersebut dikarenakan adanya pembajakan, pada masa sekarang banyak sekali bermunculan situs-situs baca manga gratis yang illegal, yang membuat orang tidak membeli manga tetapi membacanya lewat situs illegal tersebut.

Selain hal tersebut, manga ini sekarang mulai kalah saing dengan manhwa dari Korea. Manhwa dapat menyesuaikan dengan zaman sekarang dimana orang-orangnya mempunyai smartphone. Manhwa hadir dengan format webtoon, dengan menggunakan panel-panel yang dibuat lurus ke bawah sehingga memudahkan pembaca, tidak seperti manga yang masih menggunakan format lama yaitu panel-panelnya digunakan untuk buku. Format webtoon sekarang juga hadir dengan gambar yang berwarna, akhirnya membuat orang awam yang bukan merupakan penggemar garis keras manga mulai beralih ke sana.

Para penerbit manga juga mulai mengeluh, karena selain kalah saing dengan manhwa dari Korea, manga juga mulai dikejar oleh webcomic dari Cina. Mereka takut bila manga Jepang tidak mampu beradaptasi, nantinya manga Jepang ini bakalan habis.

Namun, akhirnya keadaan sedikit mulai membaik sejak situs-situs baca manga illegal banyak yang ditutup. Angka penjualan buku fisik memang masih cenderung turun, tetapi penjualan manga versi digital mulai meningkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun