Mohon tunggu...
Rudy Chandra
Rudy Chandra Mohon Tunggu... Dosen - Menjadi Pribadi yang Aktif & Positif

Rudi Candra lahir di kabupaten Jember, pada bulan Mei 1983, menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Al-Azhar Mesir dalam bidang Tafsir dan Studi Al-Qur'an, sedangkan pada strata S2 diselesaikan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, pada bidang studi ilmu Hubungan Internasional. Saat ini berprofesi sebagai pendidik di Universitas Darussalam Gontor Ponorogo.

Selanjutnya

Tutup

Film

"Hayya", Pesan Cinta Masyarakat Indonesia untuk Palestina

21 September 2019   22:41 Diperbarui: 21 September 2019   22:44 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

"Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut mungilnya, air matanya meleleh, gadis kecil itu tidak mampu menahan gelora hati yang sedang menyiksa, ia rindu, dan benar-benar rindu akan kehadiran kedua orang tua, yang sudah tidak bersamanya di dunia. Yang ia miliki kini hanyalah masa depan; tapi masa depan yang seperti apa? gemilang atau kelam? sebuah tanda tanya yang sulit dijawab, hingga perdamaian antara Israel dan Palestina benar-benar nyata"

Gadis mungil itu bernama Hayya, konflik berkepanjangan antara dua negara; Israel dan Palestina telah merenggut kedua orang tuanya. Hayya hanyalah satu di antara ratusan atau bahkan ribuan anak-anak Palestina yang tidak berdosa, tetapi harus rela kehilangan sebagian ataupun seluruh anggota keluarga mereka, atas peperangan yang mungkin tidak mereka pahami alasan dan latar belakangnya.

Setidaknya, pesan ini yang membekas dalam ingatan, setelah menyaksikan film dengan judul "Hayya". Sebuah film yang bercerita tentang gadis mungil Palestina, di umurnya yang sangat belia, harus hidup sebantang kara.

Cerita dimulai, setelah Hayya diselamatkan oleh Rahmat, seorang wartawan asal Indonesia, yang berangkat ke Palestina dalam misi kemanusian. Sebuah kejadian unik jugalah, yang akhirnya membuat Hayya dipertemukan kembali dengan Rahmat di Jakarta.

Untuk kemudian, cerita dalam film ini diisi oleh lika-liku cerita, bagaimana Rahmat berusaha mengadopsi Hayya, namun terkendala hukum dua negara.

Cerita perjuangan Rahmat melindungi Hayya kemudian mengisi hampir seluruh adegan dalam film yang berdurasi 101 menit tersebut, kehadiran Adin sebagai sahabat Rahmat dan Ricis sebagai asisten rumah tangga, yang bertugas mengasuh Hayya, menambah dramatisasi cerita.

Tapi ternyata, pesan utama dalam film ini bukanlah semata-mata tentang keluarga, melainkan lebih besar dari itu, yaitu proposal perdamaian bagi Israel dan Palestina.

Konflik yang lahir sejak Israel memproklamirkan diri sebagai negara di tanah Palestina, telah memicu perang panjang tak berkesudahan. Tidak terhitung sudah berapa jumlah korban yang jatuh. Usaha dari berbagai negara secara bilateral ataupun multilateral untuk mendamaikan dua negara ini juga bisa dianggap sia-sia.

Bahkan Persyarikatan Bangsa-bangsa (PBB) terlihat nyata tidak berdaya, menyelesaikan tragedi kemanusiaan di Palestina.

Seperti judulnya, film "Hayya" adalah "panggilan" kepada siapa saja yang masih memiliki hati nurani, untuk bersimpati atas nasib Palestina. Sebagai negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia pasca diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta, ternyata hingga hari ini masih terbelenggu rantai penjajahan dan kesewenang-wenangan.

Film "Hayya" seakan-akan adalah "ajakan" bagi kita semua, untuk menyisihkan harta dan fikiran, membantu meringankan beban rakyat Palestina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun