Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Lainnya - Don't cry

Move on

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Habis Gelap Terbitlah Terang" Jangan Menyerah, Majulah Terus Perempuan Indonesia

20 April 2024   11:01 Diperbarui: 20 April 2024   11:02 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

RA Kartini merupakan putri dari seorang Bupati. Yaitu Bupati Jepara pada waktu itu, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat.

Ibunya, M.A. Ngasirah merupakan istri kedua dari Raden Mas Adipati Sosroningrat.

Kartini merupakan anak kelima dari 11 bersaudara kandung dan tiri secara keseluruhan.

Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV merupakan salah satu pribumi pertama yang menjabat bupati yang memberikan pendidikan ala barat kepada anak-anaknya.

Mungkin karena sosoknya yang bangsawan, Kartini sebagai seorang wanita diperbolehkan sekolah di sekolah Eropa yaitu ELS (Europeesche Lagere School). Disini Kartini belajar bahasa Belanda.

Lantas dalam usia 12 tahun Kartini dipingit sehingga Kartini kecil harus belajar di rumah.


Dari rumahnya Kartini menulis banyak surat dalam bahasa Belanda kepada teman-temannya di Eropa tentang keberadaan status sosial perempuan di masa itu yang lebih rendah daripada kaum lelaki.

Setelah Kartini wafat, salah satu temannya di Eropa yaitu Jacques Abendanon mengumpulkan surat-surat Kartini.

Abendanon yang adalah Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia-Belanda membuat buku dari surat-surat yang dikirimkan ke teman-temannya di Eropa itu dengan judul "Door Duisternis tot Licht" secara harfiah artinya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya"

Pada tahun 1922 Balai Pustaka menerbitkan buku setelah diterjemahkan kedalam bahasa Melayu dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang"

Buku itu berisi tentang pemikiran Kartini yang mengeluhkan budaya Jawa yang dianggap sebagai penghambat kemajuan kaum perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun