Setiap akhir September, kita selalu ingat peristiwa Gerakan 30 September / PKI. Di masa lalu, peristiwa itu selalu diwarnai dengan pemutaran film G 30 S /PKI yang disutradarai seorang sutradara terkenal dan dibintangi oleh beberapa bintang film terkenal pada zamannya.
Saat ini kewajiban memutar film itu memang tidak ada lagi, namun di banyak akun media sosial, netizen masih berbicara soal komunisme dan kemungkinan kebangkitannya. Di media sosial ada tagar #BahayaLatenPKI dan #KhilafahJanjiAllah Disertai pula dengan pembicaraan soal Partai Komunis Indonesia (PKI) dan pihak-pihak yang diduga terlibat di partai itu. Juga fenomena khilafah di dunia.
Yang aneh dari perbincangan itu adalah pihak yang mendiskusikannya. Secara nalar seharusnya orang-orang nasionalislah yang membicarakannya karena menyangkut ideologi bangsa.
Ternyata yang sibuk membincangkan soal kebangkitan PKI ini adalah pihak-pihak yang selama ini mendukung khilafah, jika dilihat  narasi-narasi mereka selama ini. Bisa ditebak dengan mudah oleh nalar kita, bahwa mereka mendompleng isu kebangkitan komunisme itu untuk menggerakkan ideologi mereka yaitu khilafahisme.
Khilafahisme adalah faham yang menginginkan bentuk kekhilafahan sebagai bentuk yang ideal termasuk bagi negara Kesatuan Republik Indonesia. Apalagi kata mereka, sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam.
Pendapat ini mirip impian ISIS yang menganggap pemerintahan sah Suriah melenceng dan ingin menggantinya dengan bentuk kekhilafahan. Terlepas dari baik buruknya pemerintahan Suriah dibawah Assad, ternyata ISIS tidak berhasil mewujudkan itu dan kini mereka porak poranda.
Menurut saya pendukung khilafah memang sengaja meniupkan kembali bahaya PKI untuk membangun imaginasi kita bahwa musuh bersama bangsa adalah komunisme. Padahal kita bisa lihat banyak negara termasuk raksasa Uni Soviet yang menganut faham komunisme porak poranda termakan zaman. Begitu juga kita lihat China yang meski masih berlandaskan komunisme, namun penduduk mereka banyak yang menganut agama Kristen, Islam, Kong Hu Chu dan lain sebagainya. Jadi bisa dikatakan di ranah global, komunisme sudah kehilangan tajinya. Sehingga untuk bangkit kembali di Indonesia, jauh panggang dari api.
Kembali ke fenomena pemuja khilafah, dengan menunjuk komunisme sebagai musuh bersama, maka sama saja dengan mengatakan bahwa khilafahisme tidak berbahaya bagi bangsa Indonesia. Padahal, baik komunisme mapun khilafahisme tidak cocok dengan Indonesia dan merupakan musuh laten negara.
Sehingga memang, kita harus waspada terhadap isu-isu kebangkitan Komunisme. Karena mereka ingin mengaburkan bahwa khilafah tidak berbahaya bagi bangsa kita.