Lima belas tahun terakhir ini, Indonesia dibanjiri oleh kelas menengah yang amat memperhatikan soal agama. Mereka terlihat belajar banyak dari para tokoh agama yang getol muncul di televisi. Tahun berganti dan teknologi melesat maju, memudahkan orang memperoleh informasi atau konten tertentu.
Karena itu, para tokoh agama juga terbantu dengan perkembangan ini. Mereka sering viral di media sosial dan teramplifikasi oleh para pemuja atau pengagumnya sampai ke pelosok negeri. Konten agama tidak saja dikuasai oleh para murid yang mondok di pondok pesantren dan belajar agama secara konvensional melalui tokoh agama setempat.
Hanya saja kemudahan teknologi tidak selalu seiiring dengan perkembangan konten agama yang baik dan mencerahkan bagi para umat muslim. Beberapa orang tokoh agama muda dan sangat aktif dalam berdakwah dengan cara berkeliling Indoesia. Senyampang itu, mereka juga mendokumentasinya dengan memasukkan dakwah mereka dalam youtube sehingga bisa diputar berkali-kali oleh para netizen.
Seorang Ustaz muda misalnya, mendirikan satu komunitas berbasis agama dan mereka selama beberapa tahun terakhir ini cukup getol dan rutin menyebarkan pesan agama di dunia maya alias internet. Lalu konten ini disebarkan ke kalangan anak muda atau millenials dan kelas menengah dengan jumlah amat banyak. Lalu dengan mekanisme algoritma yang tidak kita pahami, konten ini teramplifikasi (menyebar) dengan sangat dahsyat.
Celakanya tokoh agama atau Ustaz ini sering mengajarkan hal-hal yang berbau intoleransi, mengkotak-kotakan golongan , agama dan ras. Ajaran mereka cenderung intoleran dan lambat laun, ajaran radikal akan diajarkan juga kepada umat muslim yang memenuka mereka.
Ajaran ini tidak saja sebatas dakwah didalam ruangan, tetapi kemudian disebarkan dan masuk dalam bidang-bidang yang seharusnya tidak pantas semisal pendidikan. Kita tahu ini mempengaruhi banyak hal semisal soal ujian SD yang berprespektif radikal.
Ini lalu menjadi semacam budaya pembenar, dimana pihak yang tidak setuju dengan garis mereka akan dicap kuno atau ketinggalan. Padahal bisa saja orang yang tidak setuju dengan garis mereka karena tahu bahwa yang diajarkan itu adalah radikal dan melenceng dari ajaran Islam seharusnya; seperti srigala berbulu domba dalam ajarkan agama.
Ini menjadi keprihatinan kita bersama dan harus ditanggulangi bersama. Karena itu, marilah kita bersama mereview kembali-kelompok-kelompok yang kita ikuti tersebut apakah benar-benar domba atau malah srigala. Karena jika srigala atau ajaran radikal memang harus dimusnahkan dari negara kita.