Nasionalisme Indonesia ketika bangsa kita mulai mewujudkan cita-cita menjadikan Indonesia sebuah bangsa adalah perjuangan tak henti dari semua komponen bangsa untuk mewujudkan cita melepaskan diri dari penjajahan itu.Â
Saat itu, banyak dari rakyat mengorankan diri tanpa mempersoalkan asal-usul baik agama, suku bangsa maupun adat.Â
Mereka bersatu padu melawan musuh, meski kekuatan lawan terasa tak imbang. Nasionalisme menjadi kata atau mantra sakti yang bisa menyatukan dan mengantarkan bangsa Indonesia pada tujuannya.
Dan perjuangan itu memang membuahkan hal manis yaitu kemerdekaan bagi bangsa kita. Kita melakukan pembangunan dan pembenahan negara. Kita mengalami kemajuan yang signifikan melampuai beberapa negara lain.Â
Berbagai bidang alami kemajuan baik bidang sains dan teknologi, kesehatan, pendidikan, kesenian, kebudayaan dan lain sebagainya.
Namun setelah sekian lama kita merdeka, kita bisa merasakan bahwa makna nasinalisme itu bergeser. Ia tak lagi bisa menyatukan banyak perbedaan. Nasionalisme seakan mengalami krisis yang bagi eberapa pihak cukup mengkhawatirkan.
Padahal sejak UniSovyet runtuh 'lawan' yang harus kita hadapi lebih berat, yaitu tidak lagi kekuatan bipolar (USA dan Uni Sovyet) tetapi menjadi multipolar dimana kepentingan ekonomilah yang akan dominan. Â Artinya hal yang kita hadapi menjadi lebih besar karena kepentingan ekonomi tidak hanya milik satu atau dua saja, melainkan dari banyak negara bahkan pihak yang ingin memenangkan pertarungan (baca: perjuangan ekonomi itu)
Hanya saja karena nasionalisme kita itu sudah bergeser maka  agak sulit kita bisa menuntaskan dan enang dalam pertarungan itu.
Kita sendiri sebagai bangsa harus mengenali, apa tanda-tanda bergesernya nasionalisme kita. Tanda-tanda itu antara lain, kekurangpaduan kita sebagai bangsa, kita sering menghujat pihak atau suku lain yang berbeda dengan kita.Â
Perbedaan agama juga makin mempertajam. Satu pihak mempersoalkan kesucian sampai  akidah dalam tataran yang berbeda karena keyakinan yang memang sudah berbeda.
Hal ini diperparah dengan kemajuan teknologi yang mewarnai kemajuan kita. Teknologi yang seharusnya mempermudah kehidupan kita, kini menjadi salah satu penyebab utama perpecahan kita.Â