Mohon tunggu...
Rudi Santoso
Rudi Santoso Mohon Tunggu... Dosen Hukum Tata Negara UIN Raden Intan Lampung II Nahdlatul Ulama

Berbuatlah sesukamu, tetapi ingatlah bahwa engkau akan mati...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kontribusi Budi Utomo 1908 Sebagai Pondasi Kebangkitan Nasional dan Kemerdekaan Indonesia

4 Juli 2025   19:59 Diperbarui: 4 Juli 2025   19:59 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budi Utomo memang tidak ikut langsung dalam Proklamasi Kemerdekaan 1945 atau pertempuran fisik melawan penjajah. Namun warisan pemikirannya tentang pentingnya pendidikan, persatuan, dan kemajuan bangsa menjadi fondasi ideologis yang kuat bagi generasi berikutnya. Para tokoh Proklamasi seperti Soekarno, Hatta, dan Sutan Sjahrir tumbuh dalam atmosfer pergerakan nasional yang telah dibuka oleh Budi Utomo dan organisasi-organisasi sezamannya.

Bahkan, gagasan persatuan bangsa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda 1928 adalah kelanjutan logis dari semangat awal Budi Utomo. Sementara kemerdekaan Indonesia pada 1945 adalah buah dari perjuangan panjang yang dimulai dari kesadaran nasional 1908, dilanjutkan dengan perlawanan politik dan diplomasi yang gigih.

Pemerintah Indonesia kemudian menetapkan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional untuk mengenang berdirinya Budi Utomo. Ini bukan sekadar peringatan historis, tetapi juga pengingat bahwa perubahan besar selalu dimulai dari kesadaran kecil. Bahwa perjuangan tidak selalu harus dengan kekerasan, tetapi juga dengan membangun akal budi dan membentuk organisasi yang terstruktur.

Hari Kebangkitan Nasional adalah simbol bahwa bangsa Indonesia tidak pasrah pada nasib, tetapi memiliki kehendak untuk bangkit dan menentukan masa depannya sendiri. Tanpa Budi Utomo, kebangkitan nasional mungkin datang lebih lambat atau dengan cara yang berbeda.

Dari kisah Budi Utomo, generasi masa kini dapat belajar bahwa perubahan sosial dan politik dimulai dari kesadaran intelektual. Kaum muda hari ini mungkin tidak lagi berjuang melawan penjajahan fisik, tetapi tantangan globalisasi, kemiskinan, ketimpangan sosial, dan korupsi tetap menjadi musuh bersama. Spirit Budi Utomo dapat menjadi inspirasi untuk terus bergerak membangun bangsa melalui pendidikan, inovasi, dan kolaborasi.

Selain itu, penting untuk disadari bahwa Budi Utomo tidak sempurna. Ia memiliki keterbatasan dalam cakupan keanggotaannya yang sempit, orientasi yang lebih kultural daripada politik, dan kurangnya keberanian dalam menuntut kemerdekaan secara langsung. Namun, dalam sejarah, setiap gerakan memiliki waktunya sendiri. Budi Utomo membuka pintu, dan organisasi lain melanjutkan perjuangan ke tahap yang lebih radikal.

Di era modern ini, semangat kebangkitan nasional harus terus direlevansikan. Pendidikan tetap menjadi pilar utama kemajuan bangsa. Sayangnya, akses pendidikan yang merata masih menjadi tantangan di berbagai pelosok negeri. Selain itu, semangat persatuan yang digaungkan Budi Utomo sering kali tercabik oleh polarisasi politik dan media sosial yang memperuncing perbedaan.

Generasi muda hari ini perlu meneladani keberanian kaum terpelajar 1908 yang berani memulai sesuatu yang baru demi bangsanya. Tidak menunggu segala sesuatu sempurna, tetapi berani melangkah dengan niat yang baik dan rencana yang matang.

Kontribusi Budi Utomo pada 1908 adalah fondasi penting bagi perjalanan panjang bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Ia tidak menyelesaikan semua persoalan, tetapi membuka jalan bagi pergerakan yang lebih luas dan lebih politis. Dari sana lahir generasi-generasi baru yang lebih berani dan visioner.

Mengingat kembali Budi Utomo bukan hanya soal nostalgia sejarah, tetapi juga soal refleksi diri: apakah kita hari ini masih menjaga semangat kebangkitan itu, atau justru larut dalam kenyamanan dan perpecahan? Sejarah menunjukkan, kemerdekaan bukanlah hadiah, tetapi hasil perjuangan panjang yang berawal dari kesadaran kolektif untuk berubah.

Budi Utomo telah melakukan bagian awalnya. Kini giliran generasi masa kini yang melanjutkan semangat itu untuk membangun Indonesia yang lebih adil, makmur, dan berdaulat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun