Mohon tunggu...
Rudi Santoso
Rudi Santoso Mohon Tunggu... Dosen Hukum Tata Negara UIN Raden Intan Lampung II Nahdlatul Ulama

Berbuatlah sesukamu, tetapi ingatlah bahwa engkau akan mati...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dai Zaman Now, Dakwah Tak Cukup Soal Ibadah Tapi Harus Bicara Tentang Perkembangan Ekonomi Syariah

24 Juni 2025   06:51 Diperbarui: 24 Juni 2025   06:51 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rudi Santoso (Komisi Infokom MUI Lampung/Dosen Hukum Tata Negara UIN Raden Intan Lampung)

Dakwah adalah ruh kehidupan umat Islam. Ia bukan sekadar aktivitas menyampaikan ayat dan hadis di atas mimbar, tetapi juga merupakan proses transformasi sosial yang membawa umat kepada kesejahteraan lahir dan batin. Sayangnya, dalam realitas dakwah kita hari ini, banyak dai yang terjebak pada ranah ritual semata. Mereka menjelaskan cara wudu yang benar, membahas panjang lebar tentang shalat tahajud atau adab makan dan minum. Semua itu memang penting, namun tidak cukup.

Umat Islam hari ini hidup di tengah tantangan zaman yang kompleks, khususnya dalam hal ekonomi. Ketimpangan sosial, kesenjangan pendapatan, ketergantungan pada sistem ekonomi konvensional hingga praktik riba yang merajalela telah menjadi bagian dari problem umat. Jika dakwah hanya menjawab pertanyaan spiritual tanpa memberi solusi konkret terhadap problem ekonomi, maka dakwah itu kehilangan relevansinya. Di sinilah pentingnya peran seorang dai untuk tidak hanya menguasai ilmu ibadah, tetapi juga mendalami dan menyampaikan pemahaman tentang ekonomi syariah sebagai bagian dari Islam.

Islam tidak hanya mengatur hubungan vertikal antara manusia dan Tuhannya, tetapi juga hubungan horizontal antarsesama. Oleh karena itu, dakwah Islam mestinya menyentuh kedua sisi ini secara seimbang. Ketika seorang dai hanya menyampaikan aspek-aspek ritual tanpa menyentuh problematika ekonomi dan sosial umat, maka yang terjadi adalah kekosongan praksis dalam kehidupan umat.

Sudah saatnya para dai bertransformasi menjadi agen perubahan yang tidak hanya membimbing umat dalam persoalan akidah dan akhlak, tetapi juga memberikan solusi praktis terhadap permasalahan ekonomi yang dihadapi masyarakat. Dengan kata lain, seorang dai perlu menjadi inspirator dan motivator dalam membangun kemandirian dan kesejahteraan ekonomi berbasis prinsip-prinsip syariah.

Islam sendiri telah memberikan panduan yang sangat kaya tentang aktivitas ekonomi. Mulai dari larangan riba, keharaman gharar, anjuran berdagang, pengelolaan zakat dan wakaf, hingga konsep kepemilikan harta dan distribusi kekayaan. Semua itu menunjukkan bahwa ekonomi bukanlah urusan sekuler, melainkan bagian dari syariat.

Tantangan umat saat ini lebih banyak berada pada sektor ekonomi. Kemiskinan, pengangguran, ketergantungan pada pinjaman berbunga tinggi, maraknya praktik rentenir, hingga minimnya kesadaran akan instrumen keuangan syariah seperti koperasi syariah, asuransi syariah, hingga investasi halal, adalah persoalan-persoalan nyata yang dihadapi umat. Bila para dai tidak mengambil bagian dalam menjelaskan, mengedukasi, dan mendorong pengembangan solusi ekonomi syariah, maka umat akan terus tersesat dalam sistem ekonomi yang tidak sesuai dengan nilai Islam.

Ironisnya, banyak dai kita hari ini yang tidak mendapatkan materi ekonomi syariah dalam proses pembelajaran mereka. Sebagian besar hanya fokus pada fikih ibadah, fikih wanita, dan tafsir akhlak. Padahal fiqih muamalah dan ekonomi syariah adalah bagian penting dari syariat Islam yang wajib dipahami dan disampaikan kepada umat.

Sudah waktunya lembaga-lembaga pendidikan dakwah baik pesantren, perguruan tinggi Islam, maupun pelatihan dakwah menambahkan kurikulum tentang ekonomi syariah secara sistematis. Dai masa kini perlu memahami konsep dasar fiqih muamalah, teori dan praktik ekonomi Islam, serta bagaimana sistem keuangan syariah bisa diterapkan dalam kehidupan masyarakat modern. Mereka juga harus dibekali kemampuan menjelaskan perbedaan ekonomi konvensional dan ekonomi syariah secara aplikatif sehingga mampu menjawab keraguan umat.

Dai tidak hanya sebagai penceramah, tetapi bisa menjadi penggerak ekonomi umat. Seorang dai dapat menginisiasi pendirian koperasi syariah, menggalang dana wakaf produktif, mendampingi UMKM berbasis halal, atau menjadi penyambung antara masyarakat dan lembaga keuangan syariah. Dengan keterlibatan seperti ini, dakwah menjadi tidak hanya menyentuh langit tetapi juga menapak bumi. Umat merasakan manfaat langsung dari dakwah dan kepercayaan kepada Islam sebagai rahmat bagi semesta pun semakin menguat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun