Mohon tunggu...
rudi kafil yamin
rudi kafil yamin Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa yang tak kunjung berkarya

Bergaya dengan karya

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Senja Abad ke-20

1 Agustus 2019   02:09 Diperbarui: 1 Agustus 2019   03:08 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Karya sastra mengajarkan kita tentang bercermin diri, tidak ada yang tersakiti dan menyakiti karena sesungguhnya kita sedang menertawakan diri kita sendiri, untuk itu mari kita tertawa bersama-sama. (Eka ilham)

Karya sastra tidak pernah terlahir atas kekosongan budaya, melihat bahwa karya sastra merupakan cerminan dari suatu kondisi atau keadaan dari zaman tertentu, membuat sastra menjadi alat yang cukup efektif dalam mengembangkan sebuah kebudayaan.

Perkembangan literasi hari ini sedang ramai oleh kata "Senja" dimana kata itu ramai sekali digunakan oleh para pelaku seni, entah itu seorang sastrawan atau seorang pelaku musik. Senja menjadi begitu luas dalam tafsirnya pada hari ini, berbeda pada era sebelumnya yang ramai digunakan oleh sastrawan seperti seno, sapardi bahkan jokpin dan penulis lainnya, senja memiliki fungsi yang berbeda.

kini senja ramai digunakan oleh para penulis lirik dalam musiknya, tentunya penafsiran kata senja semakin berkembang. Pada hakikatnya karya sastra di tulis dengan penuh harapan, dimana penulis dapat menyampaikan ide, gagasan dan pengalaman kepada para pembaca/pendengar. Namun persoalan yang masih menjadi polemik pada hari ini adalah bagaimana menentukan hal tersebut atau apresiasi yang lebih lanjut? 

Horace pernah membuat istilah "utile et dulce" dengan berasumsi bahwa sesungguhnya sebuah karya seni mestilah menghibur dan mendidik. Namun hal itu masih sedikit abu-abu sebab persoalan penilaian berada pada posisi pembaca/pendengar.

Melihat dan mendengar kejadian hari ini senja kembali meramaikan dunia maya melalui musik dengan dua sudut pandang yang berbeda. Yang satu berbicara A dan yang satu membalas B , dalam hal ini yang terlintas dalam benak manusia pada umumnya akan muncul satu pertanyaan mana yang lebih baik dari A dan B? Sangat manusiawi, sebab kita selalu di didik untuk melihat mana yang benar dan salah pada hal apapun sehingga pertanyaan seperti itu muncul.

Jakob sumardjo dan saini pada bukunya yang berjudul apresiasi kesuastraan mengatakan bahwa karya sastra yang bermutu ditentukan dengan seberapa jauh karya itu menampilkan kenyataan. Memahami apa yang dikatakan oleh kedua orang tersebut, sesungguhnya bahwa karya yang lahir dengan penuh keyakinan atas respon pada sebuah realita merupakan karya yang baik dan bermutu, akan tetapi hal ini masih menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dipastikan sebab sekali lagi bahwa persoalan penilaian berada penuh pada posisi seorang pembaca dan pendengar. 

Namun apabila menentukan dari segi seperti itu, kiranya agak kurang memuaskan. Karena sesungguhnya karya sastra itu tidak memiliki batasan apapun, sehingga nilai dalam sastra bisa menjadi ada dan tiada tergantung kepada pembaca/pendengar memberikan makna pada karya tersebut.

Hal ini membuktikan bahwa karya seni memiliki peran yang cukup baik dalam merubah pola pikir suatu masyarakat, sehingga semakin berkembang nya sebuah karya semakin berkembang nya juga kebudayaan yang ada pada masyarakat tersebut. 

Efek Karya sastra membuat kita membuka mata dengan lebar, membuka hati dengan luas dan membuat pikiran dengan bermacam-macam

Dan menerima setiap gejala dengan mengambil hikmahnya.

Catatan kafil #2

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun