Mohon tunggu...
rudi irawan
rudi irawan Mohon Tunggu... Guru - Rudi Irawan Guru SMP

Menjadi Guru adalah hal yang paling berharga, dan keinginan menjadi penulis profesi yang mulia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membawa Bekal Masa Pandemi dalam Menghadapi Pembelajaran Tatap Muka

20 April 2021   12:46 Diperbarui: 20 April 2021   13:24 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dahsyatnya pengalaman seakan berkurang jika tanpa pengorbanan dan perjuangan. Seperti mendaki gunung yang hilang separuh kehebatannya, karena tiadanya lembah gelap yang dilalui - Helen Keller

Masa Pandemi

Kurang lebih 1 tahun kita menghadapi masa sulit dengan merebaknya wabah Corana Virus Desasae 2019 atau Covid-19 yang melanda seluruh penjuru dunia terasuk negara kita Indonesia. Semua sektor menjadi terusik oleh covid-19 termasuk yang memiliki dampak terbesar adalah dunia pendidikan. Semua sekolah ditutup tanpa terkecuali dengan tujuan memutus mata rantai penyebaran covid-19, kondisi pendidikan mulai berubah, semua kalangan mengalami baby step didalam merancang strategi agar proses pembelajaran tetap berlangsung dimasa pandemi, karena pendidikan adalah objek yang sangat vital didalam suatu negara.

Negara sehebat Jepang, Amerika, Korea Selatan, bahkan Finlandia yang memiliki kualitas pendidikan terbaik di dunia pun terdampak dan kewalahan menghadapi wabah ini, seperti badai yang ganas menerjang tanpa mengenal batas administratif.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai merancang pembelajaran dalam jaringan (daring) atau yang kita kenal dengan online berbasis aplikasi dan paltform yang dapat digunakan oleh guru dan siswa, mulai dari yang sederhana berbasis teks sampai dengan tatap maya berbasis vcon. Semua mulai dilakukan oleh kalangan pendidikan agar proses pembelajaran terus berjalan dimasa pandemi ini. Karena teknologi adalah alat yang jitu untuk menjalankan proses pembelajaran daring ini.

Tantangan

Ketika proses pembelajaran daring dilakukan banyak elemen yang belum siap untuk menjalankannya, seperti sekolah, guru, siswa, dan orangtua. Karena untuk menjalankan proses pembelajaran daring semua pihak harus bersinergi agar pembelajaran berjalan dengan maksimal, walaupun tidak mudah semua akan bisa dilakukan secara step by step dan berkelanjutan.

Sebagai seorang pendidik kita harus siap dengan segala kondisi yang dihadapi termasuk mendesain pembelajaran daring, ternyata yang menjadi masalah adalah ketika kita dihadapkan pada situasi guru belum memiliki kemampuan menggunakan teknologi dalam melaksanakan pembelajaran daring. Selama ini masih sangat minim guru yang sudah mencoba beberapa aplikasi didalam pembelajaran sehingga membuat situasi ini harus dipaksakan agar mereka mau dan bisa menggunakannya. Tentunya banyak pelatihan-pelatihan dilakukan oleh organisasi dan lembaga-lembaga secara masiv sebagai upaya peningkatan kompetensi guru didalam melaksanakan pembelajaran daring, dan pelatihan tersebut dilakukan secara daring via platform tertentu.

Selain masalah sumber daya guru ada juga permasalahan yang tidak kalah pentingnya untuk dilihat yaitu infrastruktur dalam mendukung proses pembelajaran daring, ketika berada di wilayah ibu kota kecamatan dan kabupaten tentunya tidak menjadi masalah yang serius bagi kualitas jaringan internet, namun ketika berada di daerah atau desa maka jaringan menjadi masalah yang besar. Jangankan untuk mengakses internet, untuk melakukan pengisian baterai ponsel pun sulit, karena listrik dalam satu hari hampir pasti terjadi pemadaman dan otomatis sinyal internetpun ikut menghilang karena suply baterai Tower Propider sangat bergantung pada listrik.

Belum lagi kondisi siswa yang mayoritas berasal keluarga pra sejahtera dan tidak memiliki perangkat seperti ponsel didalam menunjang pembelajaran daring.

Strategi pembelajaran berdiferensiasi

Melihat kondisi tersebut kita harus berpikir secara rasional agar proses pembelajaran terus dapat berjalan dengan mengedepankan konsep berpihak pada murid, seperti apa yang telah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara “pengajaran dan pendidikan dikatakan  berdaya guna  bila pendidikan dan pembelajaran tersebut mampu memerdekakan manusia/murid”.

Salah satu paradigma dalam pembelajaran berpihak pada murid dan berupaya memerdekakan murid adalah pembelajaran berdiferensiasi, karena pembelajaran berdiferensiasi mempertimbangkan keunikan dan keberagaman seluruh murid. semaksimal mungkin guru berupaya memahami murid sebagai pribadi yang utuh, unik, dan holistik.

Praktik pembelajaran di kelas dengan memodifikasi konten kurikulum, mendiferensiasi proses pembelajaran, dan memberikan alternatif produk pembelajaran dimana keragaman latar belakang peserta didik (minat, kesiapan, dan profil belajar) menjadi pertimbangan dalam merancang desain pembelajarannya. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah strategi pembelajaran, melainkan sebuah filosofi atau  cara berpikir tentang belajar mengajar ( Lihat Tomlinson & Imbeau (2011: 12)).

Proses ini yang sangat cocok dilakukan bagi guru dimasa pandemi, kita diberikan keleluasaan dalam melakukan proses pembelajaran, bagi murid yang memiliki perangkat ponsel kita bisa lakukan dengan pembelajaran daring, namun untuk murid yang tidak memiliki perangkat kita bisa lakukan dengan cara manual sesuai dengan konten pembelajaran yang sedang berlangsung.

Menjadi Guru Reflektif

Melihat apa yang telah dilakukan pada masa pandemi membuat kita sebagai guru harus dapat menjadi guru reflektif, seperti yang dikatakan Karen Hinett “Guru yang reflektif perlu mencurahkan pengalaman dan mengkritisinya, supaya dapat memperbaiki hal-hal yang kurang berhasil dalam proses pembelajaran”. (1996:30 Developing Reflective Practice in Legal Education).

Karena refleksi merupakan sebuah proses guru memperbaiki langkahnya di dalam mendidik melalui observasi dan evaluasi diri, mau melakukan introspeksi terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan serta siap dan mau mendengarkan saran maupun kritik kemudian menjadikannya sebagai pemacu untuk memperbaiki diri.

Ki Hajar Dewantara pernah mengucapkan “Kita saat ini hidup dalam masa transisi, disekitar kita perubahan sedang terjadi, pada saat ini disini hilangnya budaya-budaya lama membuat kita sedih, tapi pada sisi yang lain, hal-hal baru, renovasi itu membawa kegembiraan, harapan. Kadang-kadang kita menempatkan diri untuk tidak mau mengubah adat sesuatu yang sudah jadi kebiasaan. Tapi pada saat lain kita ingin untuk bergerak menjauhi dari budaya-budaya yang sudah tidak relevan lagi. Cepat atau lambat kita akan menyadari bahwa tidak ada lagi gunanya melawan hal yang tidak dapat dielakkan dalam hal ini perubahan. Karena sesuatu itu ada terjadi pada masanya. Lalu kemudian yang akan terjadi kita akan berkonsiliasi damai dengan hal yang tidak dapat dihindari tersebut karena kita menyadari bahwa yang terjadi tersebut bukanlah seusatu yang kita pilih tetapi adalah kebutuhan kita”.

Menjadi guru yang mampu menghadapi semua tantangan dan menanamkan jati diri sebagai guru reflektif merupakan pilihan yang bijak sebagai bagian dari transformasi pendidikan.

Inilah bekal kita menghadapi Pembelajaran Tatap Muka yang akan dipersiapkan nantinya, pembelajaran daring masih akan dilakukan mengingat pembelajaran tatap muka masih bersifat terbatas, masa pandemi menjadikan kita belajar banyak untuk bertahan dimasa yang sulit sebagai pendidik. Semoga pandemi ini akan berakhir dan dunia pendidikan dapat berjalan dengan baik pada era kebiasaan baru. Salam Bahagia..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun