Mohon tunggu...
Raylis Sumitra
Raylis Sumitra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kegaduhan Paska Debat, Siapa yang Diuntungkan?

19 Februari 2019   05:10 Diperbarui: 19 Februari 2019   05:22 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto. www.kompas.com

Debat kandidat dalam proses tahapan kampanye sebuah kontestasi pemilihan umum. Khalayak akan mendapat sajian langsung performa kandidat yang berkompetisi.  Namun apabila subtansi itu hilang. Siapa yang diuntungkan? 
Ya,  derasnya arus informasi media sosial dan media massa semakin hari-semakin memenuhi ruang publik. Khalayak hampir tidak mendapatkan ruang informasi selain isu kampanye yang diproduksi kandidat.  
Ruang publik di media sosial dan media massa,  terbelah menjadi dua. Informasi yang diproduksi pasangan Jokowi - Kiai Ma'ruf dan Prabowo - Sandiaga Uno.  Keduanya saling berebut pengaruh kepada khalayak. 
Apa kenyataannya. Kebisingan tersebut tidaklah cukup berarti dalam urusan elektoral.  Buktinya,  proses kampanye yang berjalan enam bulan terahkir ini. Tidak mampu mempengaruhi elektoral kedua pasangan.  Hasil beberapa lembaga survey, kedua pasangan sama-sama stagnan. Kalaupun ada perubahaan hanya berkisar 1 hingga 3 persen saja.  
Kenyataan itulah,  yang membuat Debat Presiden menjadi ajang perebutan klaim kedua pasangan. Kedua belah pihak mengklaim pihaknya adalah pemenangnya. Dengan segala dalil dan alat ukur yang beragam.  
Siapa Diuntungkan ?Perebutan klaim inilah,  berdampak hilangnya visi-misi calon tidak nampak. Informasi yang tidak subtansial yang diperdebatkan. 
Meski sebenarnya publik telah memiliki alat rekam sendiri terhadap jalannya debat. Namun,  kegaduhan paska berjalannya debat.  Membuat gagasan yang disampaikan tidak terlalu bermanfaat bagi publik. 
Debat kandidat dimaksudkan, agar publik mendapat pendidikan politik. Memahami visi-misi kandidat yang ditawarkan. Bagaiamana kandidat menawarkan konsep ekonomi, penegakan hukum,  dan visi kenegaraan lainnya. 
Dalam debat kedua yang bertemakan, sumber daya alam,  infrastruktur dan lingkungan. 
Masalah pengembangan energi non fosil, pengembangan infrastruktur pendukung revolusi industri 4.0 dan penanganan kebakaran hutan. 
Semua perdebatan itu hilang dengan isu pengunaan earphone dan pen ballpoint yang dibawah Jokowi.  Atau dengan rencana BPN (Badan Pemenangan Nasional) Prabowo-Sandi yang akan melaporkan ke Banwaslu. Karena dinilai Jokowi menyerang Pribadi soal kepemilikan harta kekayaan Prabowo. 
Kebisingan inilah membuat subtansi debat menjadi hilang.  Publik tidak mampu menyerap informasi yang gamblang dalam debat yang disiarkan secara langsung. 
Bahkan kandidat nomot urut 01, bereaksi keras dengan rencana laporan kubu Prabowo.  Menurut Jokowi tidak perlu ada debat kalau harus dilaporkan.  
Pada dasarnya,  debat kedua ini kandidat 01 unggul disemua segmen jalannya debat. Direktur eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya,  menilai Jokowi unggul 6-1. 
"Jokowi mendominasi semua segmen. Namun di segmen keenam imbang lah. Penutupnya Prabowo sempat menarik emosi pas membantah mengenai tanah itu HGU, tapi ketika dia bicara lebih baik buat saya daripada asing itu antiklimaks. Tapi imbang lah, jadi skornya 6-1. Jokowi dapat poin di semua sesi, Prabowo dapat satu sesi," kata Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, kepada wartawan, Minggu (17/2/2019) (Sumber).

Jelas, kegaduhan dengan mempermasalahkan hal-hal yang tidak subtansi.  Capres nomor urut 02 sangat diuntungkan.  Karena menutupi semua kelemahaan dalam jalannya debat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun