Mohon tunggu...
Raylis Sumitra
Raylis Sumitra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

'La Nyalla Effect' Membongkar Kebekuan Politisasi Sara dan Hoaks

13 Desember 2018   16:55 Diperbarui: 13 Desember 2018   16:58 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelas. Pernyataan La Nyalla Matalitti tentang ke-Islaman Probowo, menyentak zona nyaman politisi agama yang selama ini dijadikan 'mainan' politik.  Isu keagamaan, RAS, Hoaks dan Ujaran Kebencian menjadi trend merebut kekuasaan dengan mengesampingan semangat ke-Indonesia-an. La Nyalla Matalliti dengan berani mengatakan, sanksi dengan ke-Islaman Prabowo. 

Bahkan, mantan Ketua Umum PSSI tersebut,  berani bertaruh kalau Prabowo tidak hafal surat Al-Fateha.  Tidak hanya itu, La Nyalla juga sanksi, kalau mantan menantu Soeharto tersebut tidak bisa sholat.  

Ya,  apa yang dikatakan  La Nyalla Matalitti, bukan tidak berdasar. La Nyalla Matalitti tidak sekedar kenal dengan sosok Prabowo.  Mantan Kader Gerindra yang memiliki peran sangat besar kepada Prabowo di Pilpres 2014 lalu.  Bagi publik Jawa Timur,  La Nyalla sangat berpengaruh.

Hal itu juga dia ungkapkan dalam testemoni, usai bersilaturahmi dikediaman Kiai Ma'ruf Amin Calon Wakil Presiden Nomor Urut 01. Dia katakan kalau, dirinya yang menyebarkan tabloid Obor Rakyat.  Yang isinya memfitnah Jokowi.  Dalam Obor Rakyat,  Jokowi difitnah PKI dan Non-muslim.

Pengakuan ini, langsung mendapat reaksi keras kubu Prabowo. Mereka tidak membantah soal tuduhan La Nyalla itu.  Misalnya,  PKS mengklarifikasi soal takaran keimanan seseorang bukan ditentukan oleh manusia.

Jurus menangkis PKS ini,  seakan menelan ludah mereka sendiri.  Pasalnya,  selama ini publik mengetahui.  Bahwa yang berseberangan dengan kelompok mereka dianggap kafir.  Meskipun itu se-kelas ulama besar.


La Nyalla Effect

Testomoni La Nyalla diharapkan mampu ber-efek besar kepada kehidupan sosial-politik menjelang Pilpres 2019. Yaitu,  kesadaraan masyakat tentang upaya menghalalkan segala cara dalam merebut kekuasaan.  

Setidaknya,  pesan yang disampaikan La Nyalla narasi besar.  Kejahatan politik yang diproduksi secara sistematis.  Materinya,  pertama, labelisasi Islam - Non Islam. 

Karena  hanya sebagai label. Maka menerjemahkan Islam bukan pada subtansinya.  Namun simbolisasi yang bertujuan menguatkan identitas personal saja. Sehingga beragama hanya diukur dengan identitas belaka.  Seperti gaya berpakaian.

Kedua, stigma politik PKI.  Ya,  framing soal kekejamaan PKI masih melekat kuat di masyarakat. Didalamnya,  ada anti agama dan kekerasan, pembunuhan dan penculikan.  Cara yang paling muda adalah menempelkan label PKI, sehingga menimbulkan penolakan kepada Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun