Mohon tunggu...
Rudi B Rosidi
Rudi B Rosidi Mohon Tunggu... -

kavtania.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kehebatan Media yang Kredibel?

20 Agustus 2014   18:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:03 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KEHEBATAN MEDIA yang KREDIBEL? Hari ini, (kembali) menemukan lagi (dan lagi) sebuah berita dari media nasional, MetroNews yang dipublish kemarin, 19 Agustus 2014 18:44 wib, dengan judul "Jokowi Sambut Demokrat dan PAN sebagai Mitra Koalisi". Judul berita tersebut berdasar pada pernyataan Pak Jokowi: "Kemungkinan PAN dan Demokrat," ungkap Jokowi kepada wartawan di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (19/8/2014). Yang dilanjutkan dengan pernyataan beliau: "Dalam proses, moga-moga segera rampung" Sumber: http://news.metrotvnews.com/read/2014/08/19/279813/jokowi-sambut-demokrat-dan-pan-sebagai-mitra-koalisi Seperti biasa, saya berhati-hati menarik kebenaran dari suatu berita dengan melakukan verifikasi terhadap berita tersebut. Dan yang saya lakukan menemukan sumber berita primer yang menjadi obyek berita, yakni Demokrat dan PAN. Setelah saya cek di Fanpage DPP Partai Amanat Nasional, ada klarifikasi bahwa berita itu tidak benar. Postingan sekitar 2 jam lalu menyebutkan: "Kesepakatan koalisi merah putih adalsh koalisi permanen yg harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh kader dimanapun berada. Terkait dg pemberitaan di media, kami tegaskan: PAN akan tetap konsisten dan solid bersama koalisi merah putih sampai ke kabupaten/kota. Tidak ada wacana sedikitpun untuk bergabung dengan koalisi lain. Koalisi PAN adalah pengusung PrabowoHatta. Dan kami tegaskan bahwa komentar ttg PAN akan hengkang dari koalisi merah putih adalah bentuk upaya memecah belah kekompakan koalisi." Sumber: https://www.facebook.com/amanatnasional/posts/10153087785828916 Untuk Demokrat, saya belum menemukan bantahan yang berasal dari sumber berita primer. Baru mendapatkan dari media serumpun, yakni Kompas pada malam harinya, Selasa, 19 Agustus 2014 | 21:14 WIB, melalui pernyataan salah satu kadernya Max Sopacua sebagai berikut: "Tidak mungkin kami ke Jokowi-JK. Jokowi hanya berharap mendapat dukungan dan kekuatan di parlemen,". Sumber: http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/08/19/21144691/partai.demokrat.bantah.akan.merapat.ke.jokowi Setelah melakukan verifikasi tersebut, untuk sementara, saya bisa menarik kesimpulan bahwa apa yang apa yang diberitakan oleh MetroNews itu tidaklah keliru dari sisi data berita. Sebab Metro hanya menukil apa yang disampaikan oleh Pak Jokowi. Namun dari sudut pandang 'kepentingan' maka berita tersebut bisa disimpulkan bagian dari pembentukkan opini. Sebuah berita yang didesain untuk membentuk opini pembaca. Meraciknya secara apik baik dari sumber, judul, dan materi berita Dan hal ini menjadi sangat wajar kita pahami sejak jaman dahulu kala, dan amat sangat menguat atau bahkan boleh dikatakan overdosis selama Pilpres ini. Selama Pilpres ini, entah sudah berapa banyak media grup ini atau pun grup media-media lain baik yang berasal dari 'Capres P' maupun 'Capres J' yang sudah overdosis dalam proses dukungan politiknya, baik dengan latar belakang kebutuhan bisnis maupun pemenuhan ideologinya. Harus diakui bahwa, mereka hebat dalam arti berkemampuan sesuai bidangnya untuk melampiaskan 'hasrat' bisnis dan ideologinya. Dan itu sah-sah saja, adalah hak mereka. Namun ketika sudah masuk ke ranah publik, hukum pasar seperti kebutuhan dan hak konsumen dalam menyerap produk berita yang 'halal dan thoyyib', maka berita-berita seperti itu bisa menjadi masalah serius. Sebuah virus yang bisa mempengaruhi penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Dan kita bisa saksikan sekarang, virus-virus seperti itu sudah sangat berhasil merusak masyarakat. Banyak masyarakat yang asal telan mentah-mentah sebuah berita, yang penting bisa menyamankan hatinya untuk mendukung Capres P dan Capres J tadi. Amat sangat memprihatinkan, banyaknya hinaan, cacian, fitnahan, hasutan, dan pertengkaran lainnya selama ini hanya disebabkan oleh kenyataan bahwa kita tidak pandai dalam menganalisis berita secara lebih 'tenang'. Tidak lebih berhati-hati dalam menyerapnya, merepublikasikannya, dan menanggapi tanggapan dari orang lain. Apakah berita-berita tersebut bisa dikatakan sebagai sebuah asutan dan/atau tipudaya? Silakan disimpulkan oleh masing-masing. Yang pasti, semoga media-media nasional dapat masuk pada ruang kesadaran yang tinggi untuk kembali 'menenangkan' masyarakat sebagai konsumen bisnisnya. Dan semoga pula, kita semua bisa masuk dalam ruang kesadaran yang tinggi bahwa Media-Media Nasional yang kita pandang kredibel, ternyata tidak banyak membuat hati masyarakat Indonesia menjadi lebih nyaman dan damai. Ke depan, semoga masyarakat lebih berhati-hati dalam menerima sebuah berita, merepublikasikannya, dan tetap bersikap dewasa dalam menyikapi komentar. “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatan kalian itu.” (QS. Al-Hujurat, [49]: 6). wallahu a'lam ...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun