Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Your Hungry Eyes"

18 Oktober 2017   11:56 Diperbarui: 18 Oktober 2017   12:23 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Your hungry eyes have always scared her. Every time the two of you hung out, that was how you stared at her.

You looked at her as if she was...food. Shamelessly, you even stated with that weird tone in your voice:

"You look so delicious."

Why was she even there in the first place? Curiousity always kills the cat, especially if the cat isn't careful.

She should've listened to her friends. They had warned her about creatures like you, preying on gullible ones like her. You were the wolf in sheep's clothing. You acted nice at first, until you finally got what you'd wanted all along.

After that, you just bailed - satisfied until it was time for your next fix. To you, it was already an addiction.

She supposed she'd just wanted to teach you a lesson, especially after the last time. She wanted you to see that not all of her kind was that easy.

In fact, she'd had other plans. To her, revenge was delicious. She wanted to toy with your heart and desire, the way you had done many others.

Once she won you over, she'd crush you like rubble under her feet. Then she'd turn around and walk away a winner. The last one standing tall in this battlefield.

That was why she'd let you buy her dinner and take her home that night. Kind of risky, she knew. If her friends had found out, they would've freaked out.

Her mother would've had a cardiac arrest.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun