Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Beda 'Famous' Sama 'Notorious' "

11 Januari 2014   21:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oke, mungkin ini juga karena profesi saya sebagai pengajar bahasa Inggris. Saya jadi mengenal konotasi dalam bahasa.

Pertama, kata ‘populer’ (atau ‘popular’ dalam bahasa Inggris) memiliki makna denotatif, yaitu netral. Artinya sama dengan ‘terkenal’ (atau ‘well-known’ ). Bila disandingkan dengan istilah lain, yang sama juga ‘famous’.

Bagaimana dengan ‘infamous’ atau ‘notorious’? Yang membedakannya dengan ‘famous’ tak hanya imbuhan awal (prefix) ‘in-‘ pada ‘infamous’, tapi juga konotasinya. ‘Famous’ berarti terkenal karena hal-hal yang (biasanya) baik. Misalnya: aktivis sosial yang mengajar di daerah-daerah tertinggal. Politisi yang tidak sekedar janji-janji, tapi memberikan bukti. Artis yang bisa menjadi panutan untuk berbuat baik dan bersikap positif. Sebut saja. Saya percaya masih banyak contohnya.

‘Infamous / notorious’ kebalikannya, yaitu terkenal...tapi bukan dengan cara yang baik. Misalnya: politisi tukang korupsi (yang tampaknya sekarang sudah tidak malu-malu lagi dan bahkan tidak peduli.) Artis yang hobi menebar sensasi daripada menunjukkan bakat yang nyata. Tukang cela lewat media sosial, tanpa peduli banyak perasaan orang yang terluka akibat ulahnya. (Tahu kan, siapa? Sudahlah, tak perlu menyebut-nyebut namanya.)

Pokoknya, baru mendengar namanya saja sudah membuat wajah mengernyit. Melihat sosoknya apalagi. Bawaannya bikin bete. Perusak suasana. Apalagi kalau...ahem, Anda kebetulan jadi ‘korban’-nya.

Siapa sih, yang tidak ingin terkenal? (Seperti biasa, ini pertanyaan retoris. Silakan pikir sendiri.) Biasanya sukses, kaya, banyak diperhatikan orang, dan lain sebagainya.

Saking inginnya terkenal, ada yang sampai mencoba segala cara. Kalau belum kaya dan dipuja-puja, minimal (sukses) diperhatikan orang banyak. Dicela-cela? Kalau sudah biasa mencela sesama lewat media sosial, mungkin mereka malah senang dan menanggapinya dengan penuh semangat. Istilah lainnya, tanding cela. Alasannya? Hak asasi bernama ‘kebebasan berekspresi’. Tidak apa-apa sih, asal siap dibenci. (Ada yang sampai kena tuntutan hukum, dipecat dari pekerjaannya, hingga ditantang berkelahi di ring tinju.) Mungkin juga mereka sudah tidak peduli. Yang penting kan, terkenal dan diperhatikan banyak orang. Perkara nanti dimusuhi dan disumpahi urusan belakangan.

Semoga dengan pengenalan konotasi positif dan negatif dari kata ‘terkenal’ tadi bisa membuat kita lebih bijak dalam mengambil langkah. Mau dikenal karena kontribusi bermanfaat bagi orang banyak atau cari sensasi dengan mengumpulkan musuh sebanyak-banyaknya? Terserah Anda. Toh, pada akhirnya Anda sendiri yang akan menuai hasilnya. Kita semua tahu, siapa yang jalannya akan lebih lancar nanti di dunia dan akhirat – yang banyak didoakan baik-baik karena masih berusaha menjaga perasaan orang lain atau yang disumpahi karena mulutnya menimbulkan dendam dan sakit hati.

R.

(Jakarta, 10 Januari 2014 – 8:48 am)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun