Mohon tunggu...
Ramona Dixci
Ramona Dixci Mohon Tunggu... Mahasiswa STKIP Al Hikmah Surabaya

Saat ini sedang menempuh pendidikan di STKIP Al-Hikmah Surabaya sebagai Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia semester tujuh (7). Seseorang yang suka belajar terutama hal yang terhubung dengan pendidikan, literasi, pemberdayaan masyarakat dan lingkungan. Seorang yang intuitif, pekerja keras, mudah beradaptasi dan kreatif serta cepat tanggap dan gigih.

Selanjutnya

Tutup

Atletik

Aura Farming dari Kuansing : Ketika Tarian di Atas Air Membawa Budaya Riau ke Dunia

15 Oktober 2025   07:00 Diperbarui: 14 Oktober 2025   23:54 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, di balik euforia tersebut, ada catatan penting. Popularitas budaya yang muncul secara tiba-tiba sering kali membawa tekanan tersendiri --- terutama bagi pelaku mudanya. Banyak pihak mengingatkan agar fenomena Aura Farming tidak berhenti sebagai tontonan viral, melainkan menjadi momentum memperkuat nilai budaya itu sendiri.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat, mengingatkan bahwa viralitas hanyalah pintu awal.

"Budaya kita punya daya tarik luar biasa. Tapi viral itu bonus. Nilai budayanya jangan sampai hilang," ujarnya.

Selain dari sisi budaya, dampak ekonomi lokal pun ikut terasa. Berdasarkan laporan Kompasiana Budaya, omzet UMKM selama festival meningkat hingga Rp3--5 juta per hari. Namun, peningkatan kunjungan juga menuntut kesiapan fasilitas, kebersihan, dan keselamatan di sekitar lokasi Pacu Jalur.

Fenomena Aura Farming memperlihatkan bahwa budaya tidak lagi terbatas pada panggung tradisional. Ia bisa hidup di layar ponsel, ditonton oleh jutaan mata di seluruh dunia. Namun, ketika budaya mulai dikemas sebagai "konten", tanggung jawab baru pun muncul --- bagaimana agar maknanya tidak larut dalam viralitas.

Pacu Jalur bukan sekadar lomba perahu, tapi cermin nilai kehidupan: kerja sama, spiritualitas, dan keberanian menghadapi arus. Kini, dengan hadirnya Dika dan tarian spontan di atas air, dunia melihat bahwa Riau bukan hanya kaya budaya, tetapi juga memiliki energi muda yang autentik dan membumi.

Dari tepian Sungai Kuantan, seorang anak kecil berdiri menari di atas air.
Ia tak tahu bahwa gerakannya akan membawa nama daerahnya ke peta dunia.
Itulah keindahan budaya --- lahir dari kejujuran dan ketulusan, lalu bergaung jauh melampaui batas.

Semoga Aura Farming tidak berhenti sebagai fenomena sesaat, melainkan menjadi pengingat: bahwa di balik setiap gerakan kecil, ada kekuatan besar bernama cinta terhadap budaya sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun