Mohon tunggu...
ROCHADI TAWAF
ROCHADI TAWAF Mohon Tunggu... Konsultan bidang peternakan

Penulis dan Peneliti, pada KPP (Komite Pendayagunaan Petani), PERSEPSI (perhimpunan ilmuwan Sosek Peternakan Indonesia), HKTI (himpunan kerukunan Tani Indonesia) Jabar, PB ISPI (perkumpunan Insinyur dan Sarjana Peternakan Indonesia), DPN (dewan Persusuan Nasional) dan YCI (yayasan CBC Indonesia),

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebangkitan Persusuan Nasional

25 April 2025   05:44 Diperbarui: 24 April 2025   21:54 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sejak diintroduksikannya sapi perah di negeri ini (tahun 1800an) oleh pemerintah hindia belanda, peternak sapi perah dikuasai lebih dari 90 % oleh peternakan rakyat. Perkembangan persusuan nasional dalam lima dasawarsa  terahir ini dapat diidentifikasi ke dalam empat era pengembangan yaitu :

Era  ke-emasan,

yaitu pengembangan sapi perah yang terjadi secara spektakuler pada tahun 1979 – 1990-an; di era ini populasi sapi perah meningkat tajam dari 94.000 ekor menjadi 325.000 ekor. Peningkatan populasi terutama disebabkan oleh impor sapi dara FH sebanyak 100ribuan ekor dari Australia, New Zealand dan USA.  Produksi susu meningkat dari 25.000 ton menjadi 382.000 ton per tahun,  rasio impor susu dibanding produksi SSDN (susu segar dalam negeri) menurun dari 20 : 1 menjadi 2:1. Jumlah koperasi susu, meningkat dari 11 koperasi/KUD susu menjadi 200an koperasi. Hal ini terjadi,  karena komitmen pemerintah yang sungguh-sungguh untuk mengembangkan sapi perah, yang ditunjukkan oleh adanya kebijakan pendukung berupa SKB 3 mentri (Pertanian,  Koperasi/UKM dan Perindu

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun