Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Lionel Messi, Bisht dan Kronisnya Rasisme

23 Desember 2022   14:55 Diperbarui: 23 Desember 2022   19:44 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Messi menerima Bisht ebagai penghormatan atas prestasinya. Photo: ndtv.com 

Tidak ada yang dapat menyangkal bahwa Argentina dengan segala kehebatannya memang pantas menjadi juara Piala Dunia Sepak Bola 2022 Qatar yang baru saja usai.

Ada momen khusus walaupun hanya sebentar menjadi titik masuk media utama nya media barat sebagai bahan bakar untuk mengobarkan api rasisme.

Momen tersebut  adalah ketika Messi mendapat hadiah khusus berupa Bisht dan memakainya di podium walaupun hanya dalam waktu sebentar saja.

Sambil menggunakan Bisht Messi sang kapten mengangkat Piala Dunia yang sudah lama didambakan oleh masyarakat Argentina pasca era Maradona berlalu.

Bagi media momen Messi menggunakan Bisht inilah yang lebih menarik jika dibandingkan dengan marwah piala dunianya.

Dengan berbagai pemberitaan kantor berita mainstream barat yang umumnya mengangkat judul berita "momen piala dunia yang dirusak oleh jubah aneh" jelas sekali menunjukkan rasisme dan Islamophobia yang sudah mengakar.

Penggunaan Bisht oleh Messi dianggap merusak kesakralan piala dunia oleh media Barat. Photo: Adrian Dennis/AFP 
Penggunaan Bisht oleh Messi dianggap merusak kesakralan piala dunia oleh media Barat. Photo: Adrian Dennis/AFP 

Dalam perjalanannya ketika Qatar diumumkan menjadi pemenang tuan rumah piala dunia 2022 isu HAM, rasisme dan Islamophobia sudah mulai dikobarkan oleh media Barat  dengan tujuan untuk merendahkan dan meragukan kemampuan Qatar sebagai tuan rumah.

Jelas sekali pengangkatan isu bahwa Bisht yang merupakan pakaian tradisional Arab merupakan bentuk ungkapan rasisme dan stereotipe negara Barat.

Bisht yang juga dikenal sebagai aba atau abaya umum digunakan di negara negara Arab merupakan pakaian tradisional yang sangat bergengsi.  Tidak hanya sampai disitu saja Bisht juga melambangkan kehormatan.

Jadi jika Messi mendapat  hadiah Bisht yang sangat istimewa ini merupakan penghormatan kepada Messi yang telah menunjukkan prestasinya yang sangat luar biasa.

Perlu diketahui Bisht hanya dipakai oleh orang istimewa aja seperti tokoh agama, politikus terkenal, kepala suku yang melambangkan kesuksesan dan kehormatan pemakainya.

Di Qatar sendiri Bisht hanya dipakai oleh orang terhormat saja pada saat pemberian gelar kehormatan, pelantikan dan peristiwa istimewa lainnya.

Pemberian Bisht kepada Messi jelas dimaksdudkan untuk menempatkan Messi sebagai seorang  yang sangat terhormat dan istimewa.

Ungkapan media barat yang secara terbuka menyebutkan bahwa penggunaan Bisht oleh Messi dianggap mengganggu kesakralan piala dunia jelas memiliki maksud tersendiri untuk kembali menyudutkan tradisi dan budaya Arab.

Sebaliknya dunia Arab sangat antusias melihat Messi mengenakan Bisht sekaligus menyebutnya sebagai " Sheik Messi" yang  mencerminkan  kekaguman dan rasa hormat pemberi  atas prestasi Messi yang sangat luar biasa.

Bagi Messi yang mungkin kurang mengetahui makna Bisht ini, kehebohan media barat atas sikapnya memakai Bisht di panggung piala dunia sama sekali tidak mengganggu karena dirinya menganggap pemberian Bisht ini merupakan kehormatan besar.

Kesuksesan Qatar dalam melaksanakan piala  dunia 2022 tampaknya mengejutkan dunia barat apalagi piala dunia yang dilaksanakannya tersebut dinilai merupakan pelaksanaan piala dunia terbaik sampai saat ini.

Kesuksesan ini dilengkapi dengan prestasi Maroko yang fantastis yang menjegal banyak tim favorit dunia.  Tidak hanya Maroko saja tim dari Asia pun ternayata berjaya dengan mengalahkan tim top dunia.

Manipulasi berita oleh media barat juga tampak sekali pada Piala Dunia 2022 lalu.  Setelah akhirnya Maroko disingkirkan oleh Perancis, media barat ramai ramai menampilkan foto pemain Maroko yang sedang sujud syukur dan juga sebagai bentuk ekspresi kerendahan hati kepada Allah SWT.

Sayangnya foto sujud syukur ini diartikan oleh media Barat sebagai ekspresi pemain Maroko  dibelokkan dan diberitakan sebagai wujud penghargaan pada para pendukung mereka.

Dalam hal ini Jelas sekali media Barat tidak dapat memahami makna  sujud bagi seorang muslim.

Salah kaprah ini juga dilakukan oleh salah satu media Jerman yang membandingkan aksi pemain Maroko yang merayakan kemenangannya dengan mengarahkan salah satu jari ke langit   sama dengan apa yang dilakukan oleh pendukung ISIS.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Messi dalam merayakan gol yang dicetaknya, namun  sama sekali tidak ada satupun media Barat yang mengomentarinya, seperti halnya yang mereka komentari terhadap pemain Maroko.

Peristiwa perayaan pemain  Maroko dengan ibunya juga tidak lepas dari cercaan media Barat dan membandingkan hal ini dengan tingkah laku yang dilakukan oleh monyet.

Kombinasi rasisme, ketidaktahuan ataupun ketidak perdulian akan ada dunia lain selain dunia kulit putih membuat peristiwa ini terjadi sekaligus menunjukkan ketidak perdulian akibat kepicikan dan sempitnya wawasan pengetahuan.

Rujukan: satu, dua, tiga, empat. lima

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun