Kombinasi penurunan nilai mata uang Jepang yang sangat drastis ini dan juga kenaikan harga harga kebutuhan pokok dan bahan bakar membuat perekonomian Jepang semakin memburuk.
Dalam kondisi seperti ini pemerintah Jepang tampaknya secara diam diam telah melakukan intervensi di pasar mata uang global untuk mencegah keterpurukan Yen lebih lanjut.
Efek Domino
Melemahnya nilai Yen ini memiliki efek domino yang sulit diprediksi karena akan membuat semua barang yang dibeli oleh masyakarat Jepang akan semakin mahal.
Hal ini tentunya juga akan berdampak pada harga minyak dan energi yang melonjak tajam mencapai 46% karena Jepang merupakan pengimpor minyak dan gas.
Pelemahan Yen ini juga berdampak buruk pada dunia bisnis karena uang yang dihasilkan oleh eksportir Jepang di luar negeri jauh lebih berharga di negara asalnya.
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini daya beli masyarakat  Jepang melorot 50% akibat pelemahan yen ini. Sementara itu dalam kurun waktu 30 tahun terakhir gaji rata-rata di Jepang tidak mengalami kenaikan.
Devisa Jepang juga akan semakin terkurang karena sebagian masyarakat  Jepang harus membelanjakan uangnya di luar negeri untuk bepergian ataupun menyekolahkan anak anaknya di luar Jepang.
Secara teroritis melemahnya nilai Yen ini akan mendorong masuknya wisatawan ke Jepang.  Namun Jepang belum sepenuhnya membuka pintunya untuk wisatawan manca negara sehingga peluang ini belum  berdampak secara siknifikan.
Sebagai gambaran pendapatan Jepang dari sektor wisata di tahun 2019 mecapai US $33.6 milyar, namun merorot tajam di masa pandemi.
Stagnasi Ekonomi
Faktor suku bunga bukanlah satu satunya yang menyebabkan terpuruknya nilai Yen. Â Faktor lain adalah perekonomian Jepang yang mengalami stagnasi.