Paling sedikit diperkirakan akan memakan korban jiwa sebanyak 6.150 orang dan perkirakan kematian ini umumnya disebabkan oleh tertimpa bangunan besar dan kobaran api yang ditimbulkannya.
Diperkirakan paling sedikit 81.000 bangunaan akan luluh lantak dan menyebabkan sebanyak 4,53 juta jiwa akan terlantar.
Pada saat inilah diperkirakan pusat evakuasi gempa Jepang  akan kewalahan karena besarnya skala kehancuran yang terjadi walaupun selama ini  para petugas penyelamat bencana di Tokyo telah melakukan latihan rutin dalam penyelamatan untuk mempersiapkan menghadapi gempa berkekuatan besar.
Gempa dengan kekuatan mega ini selain menghancurkan bangunan  juga secara instan menghentikan transportasi umum yang sangat  vital keberadaannya  bagi penduduk Tokyo.
Pemulihan aliran listrik diperkirakan baru akan dapat dinormalkan dalam beberapa minggu setelah terjadinya gempa.
Jadi dapat dibayangkan bahwa jika aliran listrik putus selama berminggu minggu maka penduduk Tokyo yang tinggal di bangunan tinggi tidak akan dapat menggunakan elevator dalam waktu yang cukup lama.
Banyaknya penduduk Tokyo yang tinggal di apartemen di gedung tinggi akan menjadi permasalahan tersendiri jika terjadi gempa dengan skala mega ini.
Menurut catatan pemerintah Jepang dalam waktu 10 tahun ini jumlah penduduk Tokyo yang tinggal di apartemen di gedung bertingkat meningkat sebesar  33 %.
Salah satu hal yang dapat menyelamatkan banyak jiwa jika terjadi gempa dengan skala mega ini adalah gedung tinggi di Tokyo yang dibangun dengan menggunakan teknologi tahan gempa yang diperkirakan akan mengurangi kehancuran 30-40% dari bangunan jika terjadi gempa.
Sebagai informasi bahwa kewajiban gedung  mengunakan teknologi anti gempa di Tokyo sudah mulai diterapakan mulai tahun 1981.
Hal lain yang dikhawatirkan adalah robohnya bangunan bangunan kecil yang terbuat dari kayu yang akan menutup jalur jaur evakuasi.