Photo kegagahan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang berjalan bersama presiden Ukraina di medan perang tampaknya tidak dapat menolong banyak karir politiknya yang kini berada di pinggir jurang kehancuran.
Nampak jelas sekali suara vokal Boris Johnson terkait perang Rusia dan Ukraina dan kebijakannya yang kontroversil mendukung penuh Amerika  tanpa kecuali  di tengah tengah badai politik dalam negeri Inggris merupakan pengalihan isu semata.
Masalah dalam negeri Inggris baik yang menyangkut politik maupun ekonomi merupakan api dalam sekam yang setiap  saat akan berubah menjadi kobaran api besar.
Tidak dapat dipungkiri perang Ukraina  dan Rusia membuat perekonomian Inggris memburuk akibat peningkatan harga BBM dan kebutuhan pokok yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat Inggris.
Sederetan permasalah poltik seperti skandal pesta yang diadakan oleh Boris Johnson selama masa lockdown Covid-19 merupakan pemicu utama yang memiliki efek domino munculnya permasalahan politik lainnya.
Sebagaimana yang pernah diulas sebelumnya  (baca selengkapnya di sini) walaupun Boris Johnson selamat dari mosi tidak percaya, namun  ada indikasi bahwa dukungan terhadap dirinya sudah mulai tergerus.
Pengunduran masal pendukungnya termasuk meteri yang memegang kunci dalam pemerintahan dalam beberapa hari ini membuktikan hal tersebut.
Pengunduran secara masal ini dapat diartikan sebagai  lonceng kematian karir politk Boris Johnson yang dikenal urakan dan penuh kontrovesial  ini
Sebenarnya jika Boris Johnson dapat membaca perkembangan situasi politik akhir akhir ini utamanya hasil voting dari mosi tidak percaya terhadap dirinya beberapa bulan lalu, seharusnya secara bijak dirinya mengambil keputusan untuk mengundurkan diri, karena permasalahan poltik dan ekonomi yang dihadapinya sangat massif.
Namun sayangnya Perdana Menteri Inggris ini lebih memilih untuk bertahan dengan harapan gonjang ganjing poltik ini akan mereda.