Tidak banyak yang menyadari bahwa Australia dan Indonesia merupakan negara bertangga dekat yang secara geopolitik, keamanan, sosiopolitik dan ekomoni sangat tergantung satu dengan lainnya.
Oleh sebab itu tidak heran di Australia jumlah pencinta Indonesia (Indonesianis), ahli Indonesia dan juga jumlah siswa dan mahasiswa yang mempelajari bahasa dan budaya Indonesia tercatat yang terbanyak di dunia.
Kali ini saya hanya ingin memperkanalkan dua sahabat dekat sekaligus mentor saya yang tidak perlu lagi dipertanyakan kecintaannya pada Indonesia
Mas George
 Prof. George Qunn merupakan sosok yang sangat bersahaja ini merupakan pakar bahasa Indonesia, budaya Jawa, dan studi islam ini mamang sudah memasuki masa pensiunnya, akan tetapi saat ini beliau tercatat sebagai Adjunct Professor dan visiting Fellow di School of Culture, History & Language Australian National University College of Asia and the Pacific yang merupakan salah satu pusat studi tentang Indonesia yang terpopuler di Dunia.
Kepopuleran hasil penelitian dan karya kelompok peneliti ini merupakan salah satu faktor pengungkit Australian National University sebagai salah satu universitas elit dunia.
Di kalangan indonesianis Prof George Quinn lebih dikenal sebagai Mas George karena memang merupakan panggilan akrabnya dan sangat cocok sekali dengan kefasihannya berbahasa Jawa kromo inggil.
Mas George menamatkan pendidikan S1 nya di Universitas Gadjah Mada. Setelah menyelesaikan S1 nya beliau melanjutkan pendidikan S2 nya di Wellington dan mendapat gelar PhD nya di Sydney University di bidang budaya Jawa.
Sebagai seorang Indonesianis Mas George yang sangat antusias memperkenalkan dan meneliti Bahasa dan Budaya Jawa dan tentunya cintanya terhadap Indonesia tidak usah dipertanyakan lagi.
Disamping dikenal sebagai pakar budaya sastra Jawa, beliau juga meneliti tentang makna ziarah dan makam-makam keramat di Jawa dan Madura.
Mas Geroge juga pernah tercatat sebagai ketua Balai Bahasa Indonesia Australian Capital Territory. Beliau merupakan salah satu tokoh penggerak organisasi para guru Bahasa Indonesia bagi penutur asing di Australia yang anggotanya berasal dari Indonesia dan Australia (ASILE).
Masih terpatri kenangan manis di ingatan saya ketika Mas George menjadi relawan memimpin Balai Bahasa Indonesia.
Dengan berbekal sekotak biscuit yang dibawa dari rumah masing-masing untuk dikonsumsi sehabis rapat, Mas George dan Indonesianis lainnya berdiskusi dalam Bahasa Indonesia yang sangat fasih untuk mengembangkan dan mempopulerkan bahasa Indonesia di Australia
Kegigihan Mas George dalam melestarikan budaya dan bahasa Jawa perlu diacungi jempol karena beliau selalu mencari berbagai cara agar Bahasa Jawa dapat diminati oleh mahasiswanya.
Ketika masih aktif sebagai dosen di Australia National University (ANU), satu cara yang beliau tempuh adalah melatih mahasiswanya berbahasa Jawa dengan cara membuat drama pendek dengan judul " Sri Ngilang ".Â
Dalam sandiwara singkat ini Mas George berperan sebagai Pak Sardi dengan logat Jawanya yang sangat medog dan juga sekaligus sebagai sutradara.
Kami memang sangat akrab sehingga tidak heran sering Mas George dan Istri mengundang saya untuk jalan pagi bersama mejelajahi dan menikmati keindahan alam liar Australia.
Mbak Nia
Mbak Nia yang nama aslinya adalah Prof. Virginia Hooker ini merupakan pakar Islam di Asia Tenggara dan sekaligus pakar seni Islam di Indonesia.
Dalam perjalanan karirnya Mbak Nia telah mencatat prestasi yang luar biasa. Pada tahun 1964 Mbak Nia tercatat sebagai asisten Perdana Menteri Australia Gough Whitlam yang sangat terkenal itu sewaktu beliau masih sebagai pengajar di Australia National University (ANU) sebagai asisten peneliti.
Mbak Nia dalam meneliti karirnya di ANU pernah jadi assisten peneliti Prof. Jamie Mackie, yang merupakan professor di Department of Political and Social Change.
Mbak Nia tercatat sebagai dosen di ANU pada tahun 1983 di departemen tersebut dan kemudian pindah ke Faculty of Asian Studies.
Pada tahun 1998 beliau menjadi guru besar dalam Indonesia studies dan selanjutnya mendedikasikan dirinya dalam pengajaran Bahasa Indonesia dan juga studi tentang Asia Tenggara.
Mbak Nia memasuki masa pensiunnya pada tahun 2007 dan sekarang tercatat sebagai Emeritus Professor di Department of Political and Social Change.
Selama mengabdikan dirinya sebagai professor di ANU beliau sangat bangga dan terkesan dengan para muridnya yang luar biasa. Banyak diantara bimbingan beliau terutama yang mengambil doktor telah menjadi orang penting dan berpengaruh setelah kembali ke negaranya masing.masing
Saat ini Mbak Nia memang sudah pensiun, namun tampaknya hatinya sudah terlanjur jatuh cinta dengan Indonesia.
Di tengah waktu kosongnya menikmati hari tuanya Mbak Nia masih secara teratur berkunjung dan berdiskusi di ANU dan sesekali mengajar Bahasa dan Budaya Indonesia.
Pernah pada suatu saat ketika bertemu di Australia National University, Mbak Nia meminta saya untuk mengadakan buku pegangan siswa sekolah dasar untuk mata ajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganeraan PPKN.
Saat beliau meminta hal itu sebenarnya saya bertanya tanya akan diapakan buku itu?
Singkat cerita kami berhasil mengadakan satu paket buku PPKN yang biasa digunakan siswa Indonesia dan mengirimkannya ke Mbak Nia yang kini tinggal di wilayah pedesaan di Australia.
Reaksi beliau sangat luar biasa sekali senang dan bangga. Mbak Nia menyampaikan bahwa tidak ada buku sebagus ini yang diajarkan pada siswa primary school di Australia yang memperkenalkan harmonisi kehidupan dengan falsafah Pancasila dan sistem ketatanegaraan di Indonesia.
Dengan berbekal buku inilah Mbak Nia memperkenalkan Indonesia dan falsafah hidup orang Indonesia di sekolah dasar terpencil di wilayah New South Wales secara sukarela alias tidak dibayar.
Mas George dan Mbak Nia memang sosok pencinta Indonesia sejati, sehingga tidak heran jika ada pagelaran wayang kulit, pagelaran tari jawa klasik, pagelaran tari dan gamelan Bali di Australia beliau selalu menyempatkan diri untuk menikmatinya dan tentunya menggunakan kesempatan ini untuk kumpul kumpul dengan orang Indonesia dan para Indonesianis lainnya yang ada di Australia.
Selain Mas George dan Mbak Nia tentunya masih banyak lagi Indonesianis di Australia yang kecintaaanya terhadap Indonesia tidak perlu dipertanyakan lagi.
Jadi sangat ironis memang jika ada orang Indonesia yang menjelek jelekkan bangsa sendiri, sementara ada sekelompok warga asing yang cintanya pada Indonesia sangat mendalam sekali.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI