Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mission Impossible, Canggihnya Smart Satellite Pembunuh Ahli Nuklir Iran

8 Desember 2020   09:55 Diperbarui: 8 Desember 2020   12:43 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir bulan lalu tepatnya tanggl 27 Nopember 2020 lalu dunia dikejutkan dengan pembunuhan tokoh kunci pengembangan program nuklir Iran sekaligus pakar fisika nuklir Mohsen Fakhrizadeh di pinggiran kota Taheran.

Pembunuhan ini menimbulkan tanda tanya sekaligus misteri, bagaimana tokoh kunci yang sudah dilindungi  dengan body guard ini dapat dilakukan tepat sasaran dan tepat waktu di "halaman rumah: Iran.

Iran memang secara langsung memang  menuduh bahwa Israel yang berada di belakang pembunuhan ini karena memang secara terbuka Perdana Menteri Israel berhasil mengidentifikasi sekaligus memperingatkan Mohsen Fakhrizadeh sebagai figur yang membahayakan negara Israel.

Mohsen Fakhrizadeh. Photo: Reuters
Mohsen Fakhrizadeh. Photo: Reuters
Lokasi pembunuhan. Sumber: BBC
Lokasi pembunuhan. Sumber: BBC
Photo: Reuters
Photo: Reuters
Photo: Reuters
Photo: Reuters
Iran menyebutkan bahwa pembunuhan ini di bawah kendali Israel berdasarkan kecanggihan tipe serangannya dengan memanfaatkan kecanggihan intelejen negara barat.

Sebagai gambaran tingkat akurasi dan kecanggihan pembunuhan ini adalah istri Mohsen Fakhrizadeh yang berada hanya 25 cm darinya selamat tidak terbunuh.

Jadi jika ini hanya sekedar penyergapan biasa maka sudah dipastikan orang yang semobil dengan Mohsen Fakhrizadeh akan tewas semuanya karena diberondong oleh peluru.

Dari hasil olah penyelidikan dan olah tempat kejadian, ternyata menguatkan dugaan bahwa pembunuhan ahli nuklir ini melibatkan teknologi super cangging yang tentunya tidak semua orang dapat melakukannya.

Pembunuhan ini menggunakan kendali jarak jauh yang mengagabungkan kemampuan analisis teknologi artificial intelligence dengan keauratan senjata otomatis yang kesemuanya dibungkus dengan teknologi "satellite-controlled smart system".

Kecanggihan taktik dan teknologi yang digunakan untuk mengeliminasi Mohsen Fakhrizadeh memang luar biasa karena berdasarkan olah tempat kejadian ternyata tidak ada satupun personel penyerang yang berada di lapangan secara langsung melakukan eksekusi sebagaimana serangan dan pembunuhan yang biasa dilakukan.

Saat detik detik eksekusi Fakhrizadeh sedang mengendari kendaraan dan di saat itu dengan menggunakan super canggih perancang pembunuhan mengoontrol dan mengarahkan kamera dan melakukan zooming pada dirinya.

Teknologi yang digunakan dalam pembunuhan ini memang sudah akrab bagi kita yang pernah menonton film Mission Impossible yang bagi sebagian besar orang masih dalam tatanan "khayalan".  Namun tampaknya dengan kejadian pembunuhan ahli nuklir Iran ini, maka pembunuhan dengan teknik super canggih ini sudah menjadi kenyataan.

Pada awalnya rangkaian pembunuhan ini dianalis sebagai pembunuhan konvensional, karena beberapa saat setelah kejadian disebutkan oleh televisi di Iran digambarkan bahwa peristiwa ini bermula dengan meledaknya sebuah truk dan selanjutnya diikuti oleh tembakan sekelompok orang yang menghabisi ahli nuklir Iran ini.

Namun dalam perkembangannya, apa yang terjadi  sebenarnya sangat jauh dari yang digambarkan di televisi sebelumnya.

Rangkaian pembunuhan ini melibatkan berbagai teknologi elektronik yang canggih setelah sebelumnya memanfaatkan celah sempit kelemahan keamanan Iran dan selanjutnya pihak perancang penyerangan berhasil memasukinya.

Hal yang sangat mengagumkan dari teknologi penyerangan ini adalah akurasinya karena  Fakhrizadeh diberondong dengan 13 peluru yang tepat mengenai tubuhnya tapi tidak mengenai istrinya yang berada hanya 25 cm darinya pada mobil yang sama.

Dari 13 tembakan tadi satu tembakan dinilai sangat vital karena peluru tepat menghantam tulang belakang ahli nuklir Iran ini dan menyebabkan pendarahan yang sangat hebat sehingga nyawanya tidak dapat diselamatkan walaupun sempat dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan helicopter.

Kekhawatiran penggunaan teknologi Artificial intelligence yang akan  dipadukan dengan senjata ataupun killer  robot pernah dikemukakan oleh Professor Stephen Hawking yang saat itu bersama 1.000 ilmuwan lainnya menandatangani surat terbuka yang meminta untuk melarang penggunaan teknologi Artificial intelligence ini di militer.

Penggunaan teknologi super cangging dalam pembunuhan ahli nuklir Iran ini memang sangat mengkhawtirkan karena killer robot kini sudah menjadi kenyataan yang akan menimbulkan konsekuensi yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun