Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Elite Bangsa Harus Belajar dari Australia dalam Berdemokrasi

19 Mei 2019   06:06 Diperbarui: 19 Mei 2019   15:56 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Scott Morrison yang diprediksi kalah memenangkan pemilu yang baru saja usai sabtu lalu. Sumber:Reuters / AAP / Dean Lewins

Sama dengan Indonesia yang telah melakukan pemilu, Australia baru saja menyelesaikan pemilunya Sabtu lalu. Namun ada dua situasi yang sangat jauh berbeda terkait dua pemilu negeri bertetangga dekat ini.

Suasana pemilu di Australia jauh dari suasana panas, karena di sana pemilu merupakan bagian dari rutinitas kehidupan demokrasi masyarakat. Tidak ada ketegangan sama sekali di antara kelompok penguasa yang sedang mencoba untuk bertahan dan kelompok oposisi yang berusaha mengambil alih pemerintahan secara konstitusional melalui pemilu. 

Dalam masa kampanye pun mereka fokus beradu program untuk memenangkan hati rakyat.

Bahkan dengan diwajibkannya seluruh warga Australia untuk memilih pun, mereka tidak terbelah secara sosial walaupun secara politik berbeda pendapat. Catatan: bagi warga Australia yang tidak berpartisipasi dalam pemilu akan dikenakan denda sekitar AUS$20.

Pemilu yang telah usai Sabtu lalu memang dipenuhi drama karena sebagian besar polling yang dilakukan paling tidak dalam kurun waktu 6 bulan terakhir ini pihak oposisi diprediksi akan menumbangkan pihak penguasa. 

Pihak oposisi yang dipimpin oleh Bill Shorten oleh banyak kalangan diprediksi akan menjadi Perdana Menteri Australia yang baru menggantikan pihak koalisi yang kini berkuasa di bawah pimpinan Scott Morrison karena keterpurukan dalam hal perekonomian, kesehatan, pendidikan, dan jaminan sosial.

Namun apa yang terjadi sehari setelah pemilu, menunjukkan keajaiban dan hasilnya terbalik. Pihak oposisi dan pendukungnya mengalami kejutan besar karena selama ini memang polling di Australia biasanya memiliki presisi yang sangat tinggi dan tidak pernah meleset prediksinya.

Hasil menunjukkan bahwa pihak koalisi yang dipimpin oleh Scott Morrison memenangkan pemilu yang sangat dramatis ini dengan 74 kursi, sedangkan pihak oposisi yang diprediksi akan menang hanya dapat meraih 66 kursi saja.

Walaupun pihak koalisi masih memerlukan 2 kursi lagi untuk menguasai parlemen yaitu 76 kursi, namun kemenangan ini mencengangkan kedua belah pihak. Pihak yang menang terkejut akan kemenangan ini, sedangkan pihak yang kalah terkejut akan kekalahan yang tidak terduga ini.

Rakyat Australia memang telah menunjukkan pilihannya yang tercermin di hasil yang oleh banyak pihak sebagai keajaiban dalam sejarah perpolitikan Australia sekaligus menghukum Toni Abbott mantan Perdana Menteri Australia yang selama ini dianggap sebagai duri dalam daging karena dianggap merongrong pemerintahan dari dalam dengan cara tidak memilih Toni Abbott lagi. Hal ini terbukti Toni Abbott gagal masuk parlemen.

Tidak banyak hingar bingar protes terhadap hasil pemilu ini. Scott Morrison sebagai pemenang secara singkat hanya menyatakan bahwa keajaiban telah terjadi dan mengapresiasi rakyat Australia atas kepercayaan yang diberikan kepadanya sekaligus mengajak rakyat Australia untuk bersatu dan bekerja keras memperbaiki perekonomian Australia. Tidak ada hingar bingar pendukungnya merayakan kemenangan yang sangat mengejutkan ini.

Di lain pihak pendukung Bill Shorten memang tampak sangat terkejut akan kekalahan yang sama sekali tidak pernah diprediksi sebelumnya ini. Namun sebagai pemimpin oposisi secara jantan tampil di podium di tengah-tengah pendukungnya dan menyatakan:

"Kita telah kalah dan selamat kepada Scott Morrison yang telah memenangkan pemilu ini, semoga Scott Morrison diberikan keberuntungan dalam menjalankan pemerintahannya".

Pimpinan oposisi Bill Shorten memberikan selamat kepada pemenang pemilu Australia sehari seusai pemilu, Sumber: Daily Telegraph
Pimpinan oposisi Bill Shorten memberikan selamat kepada pemenang pemilu Australia sehari seusai pemilu, Sumber: Daily Telegraph

Pendukung oposisi memang terkejut, namun mereka menerima kekalahan  sebagai bagian dari demokrasi. Photo: EPA
Pendukung oposisi memang terkejut, namun mereka menerima kekalahan  sebagai bagian dari demokrasi. Photo: EPA

Tidak ada sedikitpun keluar pernyataan untuk tidak memercayai hasil pemilu apalagi menuduh pemilu curang. Sebaliknya sebagai bentuk tanggung jawab atas kegagalan ini Bill Shorten mengundurkan diri sebagai pimpinan oposisi.

Kedua pimpinan ini walaupun berambisi untuk berkuasa namun mereka sadar sekali bahwa kedaulatan itu ada di tangan rakyat, sekali rakyat telah menentukannya mereka menghormatinya sebagai perwujudan demokrasi yang sangat matang.

Semoga para elite dan rakyat Indonesia dapat belajar dari Australia dan menyadari bahwa pilihan rakyat itulah hakekat kematangan demokrasi yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun