Mohon tunggu...
Rozaanah Al Husna
Rozaanah Al Husna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

there were pages turned with the bridges burned

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Efektivitas Fluoksetin Sebagai Obat Penyakit-Penyakit Gangguan Kejiwaan

30 Mei 2022   07:49 Diperbarui: 30 Mei 2022   08:05 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penyakit gangguan kejiwaan tidak memandang usia. Penyakit ini bisa menyerang berbagai kalangan baik usia muda maupun usia lansia. Untuk tahap awal, konsultasi rutin dengan profesional adalah jawaban utama untuk menangani penyakit tersebut. Pendampingan dan pengawasan lebih oleh keluarga juga turut membantu menenangkan pasien. Hal ini terbukti efektif pada beberapa pasien dengan gejala awal.

Namun, pada beberapa pasien khususnya gejala lanjut, kedua hal tersebut tidak cukup mengatasi. Maka dibuatlah obat untuk menangani penyakit gangguan kejiwaan. Sejauh ini, obat yang sering digunakan adalah fluoksetin. Lantas, apakah benar fluoksetin efektif mengobati berbagai macam penyakit kejiwaan? Melalui artikel ini, pertanyaan tersebut diharap bisa terjawab dengan mengetahui apa itu fluoksetin, cara kerja fluoksetin dalam tubuh, apa saja penyakit-penyakit yang bisa ditangani dengan fluoksetin, dan efek samping dari penggunaan fluoksetin.

  • Definisi Umum Fluoksetin

Fluoksetin merupakan salah satu obat antidepresan. Sesuai namanya, obat ini dibuat untuk mengatasi gejala pada penyakit depresi. Obat ini memiliki nama senyawa  n-metil-3-fenil-3-[4-(trifluorometil)fenoxy]propan-1-amina dan sinonim Fluoxetine. Fluoksetin termasuk ke dalam obat golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).  Obat pada golongan tersebut paling sering digunakan untuk penanganan penyakit-penyakit depresi.

Obat golongan SSRI bisa bekerja melalui pencegahan terjadinya reuptake serotonin. Proses kerja obat ini dilakukan melalui inhibisi atau penghambatan pada serotonin transporter (SERT). Sama seperti obat golongan SSRI lainnya, fluoksetin beroperasi melalui penghambatan serotonin transporter (SERT). SERT yang dimaksud merupakan serangkaian protein berikatan kovalen yang mengikat karbohidrat, glikan, dan beberapa protein lainnya atau biasa disebut glikoprotein. Glikoprotein SERT ini terletak pada syaraf-syaraf otak, lebih tepatnya pada terminal akson dan badan sel neuron serotonergik. Apabila SERT bertemu serotonin, bisa muncul suatu pergantian yang menyebabkan serotonin berpindah pada inti sel. Setelahnya, SERT akan membuat serotonin dilepaskan dalam cairan intraseluler.

  • Penyakit-Penyakit yang Bisa Ditangani dengan Fluoksetin

Fluoksetin merupakan obat antidepresan yang paling sering digunakan untuk penyakit-penyakit depresi. Selain untuk depresi, fluoksetin dan obat golongan SSRI lainnya juga diindikasikan untuk gangguan obsesif kompulsif (obsessive-compulsive disorder/OCD), gangguan panik, premenstrual dysphoric disorder, dan bulimia nervosa (Katzung, Masters, Trevor, 2012: 12). Hal ini sejalan dengan yang disebutkan pada laman PIONAS (Pusat Informasi Obat Nasional) dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), Mereka menyatakan fluoksetin bisa digunakan untuk indikasi penyakit depresi berat, OCD, premenstrual dysphoric disorder, bulimia nervosa, gangguan panik, dan depresi pada gangguan bipolar (2015). 

  • Efek Samping Penggunaan Fluoksetin

Sindrom serotonin adalah salah satu efek samping penggunaan fluoksetin dengan tingkat bahaya tertinggi. Sedangkan efek samping fluoksetin dengan kemunculan paling sering adalah yang berhubungan dengan gastrointestinal dan sistem saraf pusat. Apabila dibandingkan obat antidepresan golongan trisiklik seperti amitriptyline, obat SSRI mempunyai efek samping yang lebih ringan sehingga kepatuhan obatnya lebih baik dibandingkan golongan trisiklik (Supriyanto, 2019). Sejauh ini, masih belum ditemukan penelitian terbukti klinis yang spesifik menunjukkan fluoksetin efektif dan lebih baik dibandingkan antidepresan golongan trisiklik. Namun fluoksetin terbukti secara klinis memiliki kemampuan toleransi lebih baik dan tingkat kematian pasien overdosis obat rendah. Fluoksetin juga dinilai lebih aman digunakan pasien pengidap penyakit jenis kardiovaskular. Selain itu, banyaknya berat badan yang meningkat pada pasien konsumen fluoksetin juga terbukti relatif lebih rendah.

Kesimpulannya, fluoksetin cukup efektif untuk bekerja sebagai obat penyakit-penyakit gangguan kejiwaan. Penyakit yang dimaksud adalah penyakit gangguan panik, OCD, bulimia nervosa, premenstrual dysphoric disorder, depresi pada gangguan bipolar, dan depresi berat. Fluoksetin disebut sebagai obat antidepresan yang efektif karena apabila dibandingkan dengan obat SSRI lainnya, fluoksetin mempunyai profil efek samping yang lebih ringan. Hal ini menyebabkan fluoksetin memiliki efktivitas obat lebih bagus daripada obat golongan sama lainnya. Melalui berbagai penelitian yang telah dilakukan, Fluoksetin juga telah terbukti secara klinis memiliki kemampuan toleransi yang lebih baik, tingkat kematian overdosis obat lebih rendah, lebih aman digunakan pada pasien dengan penyakit sistem kardiovaskular, dan berat badan pasien meningkat lebih rendah.

Semoga bermanfaat.

Referensi

Supriyanto,Irwan.2019.Fluoxetine(Online).www.alomedika.com/obat/psikofarmaka/antidepresi-dan-antimania/fluoxetine Diakses 25 Mei 2022. 

Puspitasari, A. W., & Angeline, L. 2016. Analisis Potensi Interaksi Obat Golongan Antidepresan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2016. Depok: Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun