Masih ingat dengan hastag #kaburajadulu yang pernah viral?
Atau ada yang tidak asing dengan topik kabur aja dulu?
Kenapa yah sebagian atau mostly Gen Z itu pengen banget kabur ke Negeri lain? Atau bekerja di Negeri lain? Tanpa pikir panjang, sepertinya jawabannya sudah sangat jelas yah. Mulai dari persyaratan yang begitu banyak, dengan minimum requirement yang entah harus kita dapatkan dari mana. Apalagi kalau sudah masuk ke masalah gaji? Yah, asal gak dibandingkan dengan gaji DPR, aman aja sih...
Apalagi yang paling utama itu dulu orang sering bilang soal "orang dalam." Tapi akhir-akhir ini istilah itu mulai jarang kedengaran di dunia kerja. Sekarang, tentu saja harus ada aksi dan reaksi: ada gaji ya ada usaha, ada keahlian. Jadi kalau tidak punya keahlian di bidang itu, juga akan sulit. Kecuali mungkin untuk pekerjaan yang tidak terlalu menuntut keterampilan khusus. Tapi apakah kasus seperti itu masih ada atau sudah benar-benar hilang? Kita pun tidak tahu.Â
Selanjutnya, kita mungkin di hadapkan dengan pertanyaan yang lebih besar "kenapa sih kita harus bekerja di Negeri lain? Kenapa tidak kita sendiri yang memperbaiki, membenahi, dan mengembangkan Negeri kita agar bisa menyaingi Negara-negara lain di luar sana?"
Kenapa harus mereka yang menerima tenaga, usaha, dan effort kita? Padahal potensi itu bisa kita salurkan di dalam negeri, untuk membangun lingkungan, sistem, dan kualitas hidup masyarakat kita sendiri.
Tentu, tidak ada salahnya bermimpi untuk kerja atau sekolah di luar negeri. Itu justru bisa jadi pengalaman berharga dan bekal pulang. Tapi jangan sampai mental "kabur aja dulu" jadi alasan untuk menyerah memperjuangkan negeri ini. Karena kalau semua anak mudanya memilih kabur, lalu siapa yang akan tinggal untuk mengubah keadaan?
---
Yah, walaupun saya sendiri memilih untuk merintis di Negeri lain, hehe . Tapi menurutku di bidang karir yang ingin saya tempuh, jalan pintasnya mungkin dengan mengambil kesempatan ini. Mungkin kurang tepat juga disebut jalan pintas, karena banyak perjuangan dan pengorbanan yang harus dilalui untuk memulai perjalanan ini.
Melihat khuususnya di bidang saya, yaitu Teknik Sipil, secara teori dan kenyataan di lapangan terlihat jelas bahwa negara kita masih sangat minim dalam teknologi, apalagi dalam penerapan ilmu ketekniksipilan modern. Jadi wajar kalau banyak dari kami yang ingin mencari pengalaman lebih dulu di luar.
Tapi poinnya adalah: walaupun kita berkeinginan untuk merintis di Negeri lain dengan "berkedok" kabur aja dulu, it's okay selama tujuan akhirnya tetap bisa menguntungkan negeri sendiri juga. Siapa tahu sepulang dari sana, ilmu dan pengalaman yang diperoleh bisa diterapkan di sini. Dan tentu saja, istilah "orang dalam" tidak akan berlaku lagi, karena persaingan akan lebih sehat. Menurut saya, kalau dari CV atau personal branding saja sudah ada pengalaman sampai ke luar negeri, agak sulit rasanya kalau itu masih dipertimbangkan sebelah mata.