Anggaran untuk pembangunan jalur KA dari Solo Balapan-Bandara Adi Soemarmo serta pembebasan lahan Rp700 miliar - Rp800 miliar. Sisanya untuk pengadaan rangkaian kereta (trainset) senilai Rp100 miliar per rangkaian. Pembangunan jalur baru untuk rel KA bandara Solo membutuhkan sekitar 423.252 m2 yang merupakan lahan milik Kementerian Pekerjaan Umum (110.112 m2), TNI AU (17.130 m2), PT Angkasa Pura (AP) I (17.130 m2), lahan warga di sekitar tol (251.330 m2), dan lahan warga di Kelurahan Kadipiro, Banjarsari, Solo (37.550 m2).Â
Kereta bandara Solo akan memanfaatkan jalur milik PT KAI yang sudah ada sepanjang 3 km dan jalur baru sepanjang 10 km yang akan dibangun dari Stasiun Kalioso menuju Bandara Adi Soemarmo, dengan biaya yang fantastis proyek ini kiranya nanti diharapkan mampu mengakomodir kepentingan dari para penumpang dalam rangka menciptakan kondisi dari segi keefektifan waktu dan biaya.
Dengan adanya rencana diatas tentunya menyimpan optimisme yang tinggi akan berdapak kepada daerah di wilayah eks-Karesidenan Surakarta, melalui sektor pariwisata, perdagangan, maupun bisnis dapat tumbuh, dan juga diperlukan adanya sinergisitas antar pemerintah daerah di wilayah ini, namun rencana- rencana tersebut bukan tanpa adanya kendala, seperti halnya Sky Bridge di terminal tertonadi masih terlihat sepi bisa jadi dikarenakan perbedaan jam keberangkatan yang tidak berkesinambungan antara kedatangan bus dengan jadwal keberangkatan KA.
Hal ini juga nanti bisa terjadi antara jadwal KA dan juga jadwal keberangkatan pesawat, diperlukan adanya sinergi yang luar biasa antara pelaku industri bus, kereta api dan juga pesawat dinama ketepatan jadwal harus dibuat setepat mungkin dikarenakan keluhan mayoritas penumpang adalah waktu menunggu keberangkatan yang lama sehingga akan terkesan mubazir segala fasilitas yang sudah dibuat tanpa didukung oleh pelayanan yang memuaskan dari para pelaku industri transportasi tersebut, pembenahan kualitas armada, kebersihan, keamanan, kemudahan, keberlanjutan dan harga tiket yang terjangkau juga tidak kalah penting dalam menyokong keberhasilan dari integrasi moda transportasi tersebut.Â
Dengan makin banyaknya animo masyarakat yang memanfaatkan moda transportasi ini juga nanti diharapkan dapat menumbuhkan industri penunjang lainnya seperti, restoran, pusat oleh-oleh atau souvernir, hotel, biro travel sehingga diharapkan mampu meningkatkan tingkat kunjungan pariwisata objek maupun pariwisata ekonomi kreatif seperti kuliner, pertunjukan dll. Solo sebagai kota yang  MICE (meeting, incentive, convention, exhibition) bisa semakin dikenal di Indonesia maupun dunia Internasional.
CV Penulis :
Roy Hadha Santara, S.Sos
Mahasiswa S2 MM FEB UNS
Alamat : Nayu Barat RT 05/13 Nusukan Banjarsari Surakarta
No HP/WA : 0857 2883 7449