Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Menghargai Keberagaman Melalui Momen Lebaran

24 Mei 2020   14:46 Diperbarui: 24 Mei 2020   14:38 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Suroboyo, 4 Juni 2019

"Wi, Papa pulang dulu ya. Mau kasih tangan (jabat tangan) orang-orang, sudah janjian sama Mama." Ungkapan pamit inilah yang Papa ucapkan kepada kami saat lebaran setahun yang lalu (5/6/2019), setelah sehari sebelumnya Papa menginap di kediaman kami, serta menghabiskan waktu bersama dengan kami saat malam takbiran di Taman Suroboyo (4/6/2019)---selain untuk menyaksikan Patung Suroboyo yang baru diresmikan seminggu sebelumnya (29/5/2019).

Kami menghabiskan waktu bersama, berlarian ke sana kemari mengejar mainan (yang dilengkapi dengan lampu kecil menyala yang dilecutkan ke atas dan setelahnya akan jatuh kembali ke bawah) yang kami beli dari pedagang asongan di Taman Suroboyo. Istri saya pun mengabadikan momen kebersamaan kami ini melalui foto dan video dalam gawai miliknya.

Tak terasa setahun berlalu begitu cepat, dan mulai lebaran kali ini (24/5/2020) kami tak akan pernah bisa kembali menghabiskan waktu bersama dengan Papa untuk selamanya. 

Namun, setiap kali lebaran tiba, kami pasti akan selalu teringat momen kebersamaan dengan Papa pada saat lebaran yang terakhir (5/6/2019). Teristimewa, kami pasti akan selalu ingat dengan warisan teladan yang telah Papa berikan yakni menghargai keberagaman---agama, ras, suku bangsa, sosial, ideologi, dll.---yang salah satunya ditunjukan melalui momen lebaran.

Setiap kali momen lebaran tiba, Papa (dan Mama) tak pernah sekali pun absen untuk memberikan selamat dalam hari raya Muslim dan Muslimah ini. Konsistensi Papa (dan Mama) selalu terjaga setiap momen lebaran tiba dengan mengunjungi kediaman para tetangga satu per satu ---terdapat lebih dari 50 (lima puluh) keluarga---untuk berjabat tangan.

Bahkan, ketika saya masih kecil hingga beranjak remaja, saya pun selalu diajak turut serta untuk mengunjungi kediaman para tetangga, bukan dengan alasan supaya saya bisa mendapatkan uang lebaran dari para tetangga, melainkan untuk mengajarkan kepada saya sejak dini tentang menghargai keberagaman---sekalipun sebagian umat lain ada yang menyatakan haram untuk memberikan ucapan selamat saat hari raya Natal tiba, tetapi Papa (dan Mama) melalui teladannya mengajarkan untuk tidak membalasnya.

Warisan teladan yang Papa berikan ini tentu menjadi bekal yang sangat berarti bagi kami sebagai orang tua, untuk menanamkan pula kepada buah hati sejak dini tentang menghargai keberagaman yang salah satunya ditunjukan melalui tindakan nyata (memberikan ucapan selamat, berkunjung, dll.) yang disertai dengan ketulusan hati pada saat perayaan hari besar umat beragama lain.

Akhir kata, kami sekeluarga mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin. Semoga tetap sehat di tengah pandemi yang sedang melanda dunia, tetap bersukacita, serta tetap menjadi rahmat bagi bangsa dan semesta. Amin.

Kota Surabaya, 1 Syawal 1441 Hijriah

RAS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun