Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik dengan Mengikuti Gerak Jiwa

30 Maret 2019   12:02 Diperbarui: 30 Maret 2019   12:18 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi Pengambilan Foto: Patung Suro lan Boyo, Kota Surabaya (Sabtu, 18 Agustus 2018) --Dok. Pribadi

Dalam pemikiran Thomas Hobbes (1588-1679), seorang filsuf Inggris yang terkenal dengan karya besarnya yang berjudul Leviathan (Franz Magnis Suseno, 1992) memiliki premis tentang psikologi manusia---hingga kini teori-teori Hobbes masih kerap bermunculan dalam karya ilmiah pada disiplin ilmu filsafat, dll.

Salah satunya Hobbes berasumsi bahwa jiwa manusia secara alamiah bergerak mendekati objek-objek yang diinginkan (kenikmatan) dan menjauhi objek-objek yang tidak diinginkan (kesengsaraan). Objek-objek yang diinginkan mengarah pada keadaan yang menguntungkan diri (kenikmatan), sedangkan objek-objek yang tidak diinginkan mengarah pada keadaan yang merugikan diri (kesengsaraan).

Berangkat dari teori Hobbes tentang psikologi manusia ini, kami sebagai orang tua (yang sedang dan akan terus belajar) selalu berusaha untuk menganalisis setiap gerak jiwa dari sang buah hati yang masih berusia di bawah dua tahun. Melalui teori Hobbes ini, kami beberapa kali menjadikannya sebagai dasar pijakan dalam memberikan didikan pada sang buah hati, dan pengaruhnya cukup ampuh.

Kala kami kehabisan gagasan dalam memberikan didikan, kala itu kami teringat akan teori Hobbes hingga ide-ide pun bermunculan dalam pikiran. Dengan menggunakan teori Hobbes ini, menurut pandangan kami masih lebih baik bila dibandingkan dengan didikan yang sekadar berisikan sebuah kata larangan "jangan", tanpa disertai alasan yang dapat melatih sang buah hati untuk berpikir kritis.

Dua contoh momen yang bisa kami (saya dan istri) berikan saat mengaplikasikan teori Hobbes sebagai berikut: contoh yang pertama yaitu saat kami berusaha mengubah kebiasaan sang buah hati dalam mengenakan popok (diapers). Suatu ketika buah hati kami mengalami ruam pada bagian yang selalu tertutup popok, rasa sakit sering dirasakan olehnya sembari menangis-nangis kecil.


Kala itu kami menganalisis gerak jiwa sang buah hati, analisis sederhana yaitu rasa sakit yang dirasakan merupakan kesengsaraan baginya dan terbebas dari rasa sakit merupakan kenikmatan baginya. Kami pun mulai merangkai kalimat sederhana yang bisa dipahami oleh sang buah hati, mencoba memberikan pengertian bahwa untuk terbebas dari rasa sakit (mendekati kenikmatan) harus terbebas dari penggunaan popok yang mengakibatkan ruam (menjauhi kesengsaraan).

Dengan kami memberikan pengertian seperti demikian, pengaruh yang ditimbulkan pun sangat elok. Dalam usia yang masih kurang dari dua tahun, kini buah hati kami telah bisa mengungkapkan keinginan untuk buang air kecil dan air besar, malah tak jarang langsung menuju ke kamar kecil sendiri. Sehingga kami tak perlu lagi mengenakan popok, kecuali saat bepergian dan menuju ke peraduan, bahkan acap kali saat akan menuju ke peraduan, popok yang akan kami kenakan ditolaknya.

Berikutnya, contoh yang kedua yaitu saat sang buah hati sering memainkan daun pintu dispenser dengan galon bawah yang ada di kediaman kami, daun pintu dispenser ini sering dibuka tutup dan digoyang-goyang, tak jarang menggoyangnya dengan begitu kencang.

Kami pun mencoba memberi pengertian dengan dibumbui ekspresi yang meyakinkan: "Nak, kalau (daun pintu dispensernya) dibuat mainan seperti itu, nanti bisa rusak. Kalau dispensernya rusak, nanti Papa Mama nggak bisa membuatkan Relthan susu lagi." Setelah mendengarkan kami, seketika daun pintu dispenser ditutup dan permainan dihentikan, bahkan sudah lebih dari seminggu ini tak tampak mengulangi permainan yang serupa.

Secara sederhana, analisis gerak jiwa yang kami miliki yaitu susu formula yang dikonsumsi oleh sang buah hati sejak usia empat belas bulan---karena alasan tertentu, kami putuskan untuk lepas dari ASI pada usia ini---telah menjadi kebutuhannya, terutama saat menjelang tidur akan selalu memohon kepada kami untuk diseduhkan susu formula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun