Mohon tunggu...
Glen Oktavian Turambi
Glen Oktavian Turambi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Graduate of International Relations degree.Studied History, Diplomacy, War Studies, and International Politics

Sangat tertarik dengan topik Hubungan Internasional dan strategi Geopolitik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kegagalan Diplomasi Publik Amerika Serikat, Studi Kasus Perang Afghanistan

24 Februari 2023   12:00 Diperbarui: 24 Februari 2023   12:02 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Imahttps://moderndiplomacy.eu/2018/05/05/united-states-comprehensive-approach-towards-afghanistan/ge caption

Pada peperangan di Afghanistan Amerika Serikat menggunakan sebuah metode pendekatan baru yaitu Public Diplomacy atau dikenal dengan nama diplomasi publik untuk mencoba mengalahkan kekuatan Taliban. Dapat dikatakan langkah Amerika Serikat menggunakan diplomasi publik sebagai strategi meraih kemenangan merupakan metode baru yang diharapkan dapat membawa hasil baik pada proses penyelesaian perang. Penggunaan diplomasi publik ini dilatar belakangi oleh dua hal utama yaitu pertama untuk menghindari skenario kekalahan yang sama terjadi di Vietnam untuk terulang kembali. Kedua sebagai solusi alternatif untuk melihat sisi jalan keluar yang lebih baik akibat tekanan publik melihat konflik ini seakan tidak akan pernah selesai jika menggunakan kekerasan sebagai jalan utama.

Harapan dari pemerintah Amerika Serikat dengan pendekatan diplomasi publik yang lebih lembut dalam melawan kelompok Taliban akan menciptakan perdamaian jangka panjang tanpa perlu adanya eskalasi konflik, sehingga dengan ini diharapkan akan membawa konflik pada proses perdamaian yang bisa lebih jelas. Akan tetapi hasil akhir dari konflik ini cukup mengejutkan yaitu kegagalan Amerika Serikat dan koalisinya dalam perang 20 tahun, dan kelompok Taliban berhasil merebut kembali kekuasaan total di Afghanistan hanya dengan waktu singkat. Dapat dikatakan kasus ini menarik untuk diteliti lebih jauh sehingga dalam pemaparan kedepan akan ditunjukkan apa saja yang menjadi kesalahan dalam penggunaan konsep diplomasi publik oleh Amerika Serikat. Untuk mengawali penjelasan pertama dapat dimulai dengan memahami terlebih dahulu tentang apa itu diplomasi publik.

Diplomasi publik atau diplomasi masyarakat dapat dipahami sebagai semua upaya yang didukung oleh negara untuk membuka komunikasi, atau hubungan langsung ke publik asing. Bisa disimpulkan diplomasi ini tidak sama seperti diplomasi kenegaran yang resmi dan formal, tetapi berbentuk informal dan fleksibel karena mengutamakan komunikasi antar budaya untuk tujuan kepentingan negara. 

Diplomasi publik yang dilakukan oleh Amerika Serikat di Afghanistan pada dasarnya terbentuk melalui kerangka bentuk norma dan etika untuk membangun struktur sosial masyarakat. Dapat terlihat lebih jauh bentuk konkrit diplomasi publik Amerika Serikat menyasar kepada tiga sektor penting yaitu ekonomi, sosial, dan pendidikan. Langkah kebijakan yang terealisasi adalah pembangunan sekolah, infrastruktur jalan, bantuan biaya pendidikan untuk anak-anak Afghanistan, dan bantuan ekonomi untuk pembangunan, juga ada bantuan program pelatihan 700 perempuan tentang ilmu jurnalisme. 

Semua hal ini dimaknai sebagai bentuk upaya untuk membangun masyarakat Afghanistan menjadi masyarakat dengan taraf kehidupan yang jauh lebih baik dan lebih modern untuk masa depan. Dilain sisi tujuan dari tindakan ini ialah mencoba merebut hati masyarakat melalui kerjasama yang diberikan oleh Amerika Serikat untuk upaya mendapat dukungan dari masyarakat Afghanistan dalam melawan Taliban, semua bantuan ini diharapkan akan membuat masyarakat senang dan berpaling dari mendukung Taliban kemudian mendukung Amerika Serikat.

  Dalam pemahamannya diplomasi publik dari Amerika Serikat direalisasi menjadi seperti program bantuan kemanusiaan biasa akan tetapi jika diperhatikan lebih dalam program ini memiliki nilai yang kental dengan budaya di Amerika Serikat. Bila kita lihat lebih jauh maka program ini erat dengan nilai dasar American Dream atau yang dikenal impian Amerika Serikat, nilai ini merupakan nilai filosofis dasar bangsa Amerika yang membentuk citra mereka dimata dunia internasional. 

Nilai impian amerika ini sesungguhnya terdiri dari kepercayaan tinggi pada sistem pemerintah demokrasi yang bebas, hak kebebasan sipil, hak kebebasan bersuara, dan kesetaraan hak antara semua orang, secara singkat kebebasan mutlak untuk setiap individu. Bisa kita simpulkan melalui penjelasan diatas bahwa Amerika Serikat berniat untuk mengubah sistem negara dan struktur sosial Afghanistan menjadi lebih demokratis, tetapi apa yang kemudian membuat hal ini tidak terjadi setelah semua upaya tersebut dilakukan, Jawabannya adalah perbedaan budaya.

Kondisi struktur budaya masyarakat di Amerika Serikat berbanding terbalik dengan kondisi di Afghanistan dimana masyarakat masih dalam kondisi sosial kesukuan tertutup yang sangat jauh dari pandangan demokrasi dan jauh dari pandangan kebebasan individu. Pandangan serupa dikemukakan oleh mantan menteri luar negeri Amerika Serikat yaitu Henry Kissinger, dalam wawancaranya dengan media The Economist. Beliau mengatakan bahwa "Amerika Serikat sudah memiliki objektif militer yang jelas dalam melawan Taliban tetapi objektif politiknya sangat tidak jelas dan kacau, bisa dikatakan Amerika Serikat ingin membentuk negara demokrasi ditempat dimana demokrasi bahkan tidak bisa untuk bertumbuh".

Kesalahan dalam tidak bisanya nilai impian amerika untuk masuk ke Afghanistan disebabkan oleh masyakat memiliki nilai budaya yang jauh berbeda. Masyarakat Afghanistan cenderung terbagi dengan suku dan pemimpin yang berbeda, di beberapa wilayah kekuasaan pemerintah pusat tidak dapat menghilangkan pengaruh panglima perang lokal yang menguasai daerah tersebut. 

Masyarakat yang tinggal disana juga cenderung lebih percaya kepada sosok panglima perang tersebut akibat latar kesukuan dan kedekatan budaya yang sama dengan mereka, sehingga mengakibatkan terbentuknya pemerintahan federal otoriter dalam skala kecil yang tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun karena sudah memiliki hubungan saling membutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun