Keluarga adalah inti dari lapisan masyarakat yang didalamnya ada ayah-ibu anak, kakek-nenek. Seringkali kita di suguhkan dengan problematika kehidupan rumah tangga mulai dari mengurus anak, sulitnya ekonomi hubungan mertua dan menantu masalah lingkungan dengan masyarakat dan lain sebagainya setiap manusia ingin sempurna padahal kesempurnaan adalah rasa syukur dalam diri itu sendiri.
Saya memiliki blog pribadi yang berjudul Mutiara Kehidupan di akun Instagram dan Facebook, saya menulis karena saya pernah belajar, saya menulis karena saya pernah bicara tapi tidak di dengar, saya menulis karena saya ingin mengisi waktu kosong saya dengan berbicara kepada tuhan.
Diblog pribadi saya menuliskan beberapa pengalaman, perasaan, nasihat dan juga kisah. Bukan sebagai seorang yang sempurna melainkan sebagai manusia yang pernah belajar. Sebagai manusia yang ingin berubah menjadi inilah saya, bukan menunjukkan sisi baik saya, karena siapalah saya, makhluk tuhan yang begitu banyak salah, dosa dan keliru, begitu juga dalam mengasuh anak.
Saya sebagai manusia sering mengalami tekanan, membuat emosi tidak labil, di dalam keluarga ada yang suka bicara nada tinggi, bahkan kadang suka menyalahkan apa yang saya lakukan, itulah sebabnya saya mengalami rasa sedih, kadang suka menyendiri. Di situ saya mulai suka menulis dari pada banyak berbicara yang dapat memepengaruhi kejiwaan saya.
Beberapa tahun lalu saya dan beberapa wali murid ditunjuk sebagai orang tua penggerak oleh bapak kepala sekolah di sekolah anak saya, yang dimana wali murid di bimbing dan di ajarkan cara mengasuh anak dengan cinta, yakni mencintai dengan lebih baik, melalui team RANGKUL dari KELUARGA KITA yang sebagai pimpinan utamanya adalah Najela Shihab dari Ibu Kota Jakarta yang juga kakak seorang jurnalis dan pembawa acara Najwa Shihab, namun saat itu team KELUARGA KITA hanya menghadirkan perwakilan untuk mengajarkan kita tentang pentingnya mencintai lebih baik dalam mengasuh anak, saya merespon dengan cukup baik tawaran ini meskipun dalam prakteknya sehari-hari saya masih jauh dari mencintai dengan lebih baik.
Saya mempraktekkan sedikit demi sedikit karena pada dasarnya saya sulit mengelola emosi, lebih banyak jengkel dan sedihnya. Beberapa tahun kemudian telah berlalu, saya memiliki anak yang ke dua dan ternyata mengalami speech Delay (keterlambatan bicara) disinilah ujian benar-benar di uji harus sabar saat anak hanya bisa menunjuk dan menarik baju saat ingin sesuatu ia tak bersuara, tak mengucap kalimat, tak merasakan sakit, tak jua bilang mama aku sayang mama, mama cium aku! Saya sebagai seorang ibu terus berusaha bagaimana anak mampu berbicara dan berkomunikasi dengan baik meskipun dalam keterbatasan ilmu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI