Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sejenak Memandang Kota TuA

1 Juni 2015   21:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:24 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

( pic. dok. pribadi )

Sama sekali tidak ada niat dan rencana untuk mengunjungi Kota Tua,hanya karena seorang facebooker yang sedemikian setia selalu berusaha mengajak copy darat,tentupenulis sambut dengan suka cita.

Menyambut kenikmatan saat berjumpa maka iapun mengajak penulis untuk menjumpainya di Kota Tua.

Dengan menggunakan angkot dari Pamulang menuju Ciputat, sampai pemberhentian menggunakan APTB (Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus Trans Jakarta), jika di Bandung tampaknya sejenis bus Damri, akan tetapi ada beberapa perbedaan yang signifikan.

APTBcukup nyaman kami tumpangi masing – masing duduk dengan tertib dan yang berdiripun tampak santai saja,ketika penulis masuk hampir semua kursi terisi penuh akan tetapi seorang perempuan muda langsung berdiri dan mempersilahkan mengisi kursi yang dengan segera ia tinggal,sebagai tanda ucapan terima kasih penulis mengusap bagian pergelangan tangannya dan menunduk #tabik.

Suasana yang sedemikian bersahabat,tidak sebagaimana beberapa keluhan penumpang angkutan umum yang sering penulis baca, semoga memang ini hoki ya.

Ciputat hingga Kota Tua ditempuh sekitarlebih kurang satu setengah jam,dengan saling bergantian penumpang turun di masing – masing rute yang mereka tuju.

( pic. dok. pribadi )

Sesampai di Kota Tua jam menunjukkan sepuluh lebih sedikit, suasana masih sepi,pengunjung belum begitu padat namun di depan Musium Fatahillah telah berjejer kursi berbalut kain putih dan stage yang dikiri – kanannya telah terpampang boneka ondel – ondel raksasa, jelas akan ada acara.

Sudah berdiri pula beberapa manusia batu berbaju hijau menenteng senjata, dan manusia batu berbaju putih lengkap dengan sepedah ontel sempurna bercat putih juga.

Udara memang jauh berbeda dengan saat barusan dalam bis ATTB,disini di lapangan Musium terasa mulai panas menyengat. Pepohonan sedemikian minim – nya di kawasan lapangan Fatahillah,baiklah mencari lokasi penantianyang sejuk meskipun tanpa kursi tidak apalah.

Musium Fatahillah,

Saatmenanti itu mencoba menyapu pandangan ke beberapa gedung tua, saranaberfoto klasik dan cukup memikat,diantaranya :

Gedung Musium Fatahillah yang konon merupakan rumah tinggalnyaJan Pieterszoon Coen,di dalamnya tersimpan aneka benda perabotan yang masih dipelihara.

Memangnya penulis sama sekali belum berminat untuk masuk ke satu demi satu gedung – gedung tua ini,pernah sepintas membaca tentang Kota Tua dan kemudian coba melongok Bung Wiki, ia menguraikan bahwa :“Jakarta Lama (Old Batavia) dianggap sebagai pusat perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah.”

Maka tidak mengherankan bahwa Kota Tua sebagai pusat perdagangan se Asia dengan gedung – gedung mewah gaya Eropa dan di bangun sekitar 1619 an M.

( pic. dok. pribadi )

CafeBatavia

Persis berhadap – hadapan dengan Gedung Fatahillah, dengan dominasi warna hijau tua, karena masih pagi suasana cukup lengang sempat terlihat beberapa pelayan cafe yang mendorong sampah – sampah diatas troli dan seorang perempuan muda berkebaya encim berwarna putih dengan bordir indah dan kain panjang modifikasi, rambutnya pendek terurai dan agak ikal,tersenyumramahmenyambut beberapa tamu bule yang segera masuk ke dalam Cafe.Sepintas diluar Cafe agak kumuh, akan tetapi mungkin di dalam sangat di jaga kebersihannya, karena sepintas tamu – tamunya banyak wisatawan asing.

Musium Wayang

Letak Musium Wayang memang disamping Musium Fatahillah,saat penulis memandang dari samping Cafe Batavia dan tampak suasana dahulu kala karena di depan Musium wayang ini berjejer sepeda ontel yang dicat dengan bermacam – macam warna memikat termasuk oranye yang langka orang menggunakannya,satu paket dengan topi perempuan ( dahulu kala noni – noni Belanda gemar menggunakan model topi lebar )berwarna senada dengan sepedanya.

Pada awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk ("Gereja Lama Belanda") dan dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) ( http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Wayang)

Ketika hendak masuk, cukup ramai antrian membeli tiket dengan harga yang relatif murah, dewasa lima ribu rupiah,pelajardua ribu rupiah,untuk rombongan bahkan mendapatkan potongan harga lebih miring lagi.

Penulis membatalkan untuk mengantri, sementara keluar dahulu, maka akhirnya putera dan puteri dengan seorang cucu bisa masuk ke musium wayang ini hampir satu jam.

( pic. dok. pribadi )

Gedung Tua

Ada beberapa gedung tua yang terbengkalai pembangunannya posisi di belakan Cafe Batavia agak kesamping,menurut Gendis Rara Danerek sang facebooker yang bersusah payah menemui penulis,gedung itu sengaja tidak dibangun untuk memelihara ketuaannya.

Entah serius,entah sekedar leluconatau memang bahasa sarkasme,karenaberdasarkanapa yang diuraikan Bang Wiki pada tahun 1972 Gubernur Jakarta Ali Sadikin,menjadikan Kota Tua sebagai Warisan Sejarah dengan mengeluarkan Dekrit tsb. dengan tujuan untuk melindungi sejarah arsitektur kota,ataupun untuk melindungi bangunan -bangunan yang masih tersisa.

Tidak sebagai mana beberapa negara,paling tidak melirik ke negeri jiran Malaysia pemerintahnya begitu sangat serius memelihara dan melindungi situs – situs sejarahnya,lho koq kita bangsa Indonesia,sudah ada dekrit kita tidak mampu memelihara dan menjaganya ;

Meskipun saat berkunjung masih pagi,Kota Tua tampak kumuh.

Udara demikian garang dan panas, akibat tetumbuhan yang ada minimalis sekali

Aroma bau pesing dimana – mana, demikianpun sampah busuk cukup sangat mengganggu.

Untuk bergaya ria aroma masa lalu, bolehlah dan tampak demikian klasik.

Kota Tua,rentamu nyata.

( pic. dok. pribadi )

Taman Fatahillah, Jl. Pintu Besar Utara No 14, Kota, Jakarta

Referensi :

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tua_Jakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun