Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Tunggal dan Problematikanya, Apa Kabar RUU Ketahanan Keluarga?

1 Maret 2020   15:15 Diperbarui: 1 Maret 2020   15:19 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi Ibu Tunggal itu bukan cita - cita   kemudian disematkan dengan tidak sengaja begitu saja dalam diri yang telah  tumbuh menjadi dewasa ketika diantaranya suami wafat;  pasangan kabur karena hilang rasa tanggung jawab,   atau terjadi perceraian dengan sebab apapun dengan beribu alasan plus kejadian - kejadian drama dalam rumah tangga.

Kata Ibu tunggal  menjadi sebegitu uniknya saat ini,  sebutan yang secara perasaan mungkin  lebih halus,  terasa lebih sopan tidak menyinggung perasaan dibandingkan jika disematkan sebutan  janda  yang konotasinya lebih banyak negative ketimbang positifnya.

Makanya akan teras aneh saja jika ada seorang perempuan bercita -- cita hidup di alam yang kejam ini mengikuti jejak perempuan mulia Ibunda Siti Maryam,  beliaunya mengandung Isa As.  Atas ketentuan Allah Swt.

Beliau Ibunda Siti Maryam menerima keseluruhan takdir Allah yang disematkan pada perempuan suci ini dan  diakui kesuciannya oleh Nabi Zakaria As juga  kelompok orang suci disekelilingnya juga pada jamannya.

Ibunda Siti Maryam merintih dan menangis menjelang kelahiran Sang putera semata wayang Isa As,  sehingga dalam salah satu ayat perempuan suci itu sempat mengadu pada - Nya agar segera saja ia diwafatkan,   beliau Sang Perempuan Suci ingin mati seketika itu juga saat rintihan pedih itu menembus alam para Malaikat.

Digambarkan secara gamblang dan detik pada surat Maryam dalam kitab -Nya :

Maka keadaan hendak melahirkan itu memaksa dia berlindung pada pohon kurma,  dia berkata,  "Wahai kiranya aku mati sebelum ini dan adalah aku dilupakan tidak diingat - ingat". QS. Maryam (19) : 23

Penulis selalu terpaku dan terpana  saat ayat ini dibaca ketika tadarus al Quran  kemudian muncul perasaan sedih,   mencoba berempati pada Ibunda Siti Maryam yang hidup pada beberapa abad yang lalu.

Menangisinya . . .  dan mendo'akannya,  Allah memastikan Surga adalah tempat paling tepat bagi Ibunda Siti Maryam yang tabah melewati derita fitnahan,  caci maki dan setumpuk kepedihan  batin atau saat ini sangat Kita kenal dengan kata stigmatisasi.

Kesimpulannya menjadi Ibu Tunggal adalah takdir yang musti kita terima dengan sepenuh keridhaan dan keikhlasan.  Tidak ada lagi jalan selain pasrah pada -- Nya,  sehingga Allah ciptakan satu tokoh penting penjaga salah satu Surga -- Nya   yaitu Ibunda Siti Maryam yang tabah menelusuri takdirnya Allah Swt.

Ibu Tunggal Indonesia, Belum Tercover Dalam RUU Ketahanan Keluarga

Allah pengurus seluruh alam semesta ini  dan kita sebagai makhluk- Nya  dianugerahi oleh- Nya kitab suci yang wajib menjadi  rujukan dalam menembus kehidupan dunia yang kejaam . . . agar bisa menyandarkan diri pada - Nya mengharap kekuatan prima sehingga bisa lebih santai bersegera menjadi hamba - Nya yang tunduk dan patuh pada takdir sebagai seorang Ibu Tunggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun