Bahuluang adalah pulau pasir putih yang sangat indah sebagaimana  telah di kisahkan oleh Ayahanda kami  Bapak Muchtar Adam
sepulang dari Makassar sekitar pertengahan bulan Oktober yang lalu.
Beliau mengucapkan kata Bahuluang berulang -- kali  dengan  sangat antusias kemudian  mengisahkan pulau ini yang terletak  di Selayar secara lebih detail lagi.
Bapak dari tujuh putra dan putri  yang bermukim di Bandung,  berkesempatan mengunjungi pulau tersebut pada  17 Oktober 2017  sempat beberapa kisah muncul kepermukaan yaitu  diantaranya tentang pasir putih yang teramat  putih dan bersih sekali,  juga tentang adanya musim perubahan bentuk pulau.
Dugaan saya putihnya pasir putih di Bahuluang,  tentu saja disebabkan alam yang belum terjamah oleh banyaknya tangan manusia terutama mereka dan kita yang masih sulit membudayakan memelihara lingkungan ciptaan Nya  dengan penuh kesadaran.


Keindahan Bahuluang rupanya sangat memikat sang Kakek dengan 33 cucu sehingga beliau mengajak beberapa kerabat  dan kembali berkunjung ke Bahuluang pada Sabtu, 25 Nopember 2017 M  /  6 Rabi'ul Awwal 1439 H.
Terjadi Perubahan Bentuk Pulau
Posisi Bahuluang dari Benteng Selayar sekitar 40 km, berdasar penuturan Bapak wisatawan jika berniat ke Bahuluang lebih aman  menggunakan mobil (roda empat)  menuju Appatanah terlebih dahulu kemudian  menggunakan kapal kayu yang bisa di carter dengan harga antara Rp 500. 000 -- Rp 700.000,-
Memang Bapak menyarankan agar bisa mengajak serta beberapa orang ( berombongan ) minimalnya sepuluh orang, sehingga biaya carter kapal kayu menuju Bahuluang  bisa ditanggung bersama dengan cara iuran.

Secara lebih terperinci penulis mengutip apa yang telah di ungkapkan  tribun news Makassar tentang pulau Bahuluang, yaitu  :
Pulau Bahuluang masuk dalam gugusan  kepulauan Selayar Kecamatan Bontosikuyu Sulawesi Selatan,  pulau ini terbentuk oleh patahan karang yang mati dan terbawa arus sungai sehingga membentuk pulau kecil di tengah lautan .  Uniknya lagi bentuk pulau ini akan berubah setiap musim,  masyarakat lokal mempercayai bahwa pulau ini di bentuk oleh gurita raksasa penunggu laut Bahuluang. (Tribun Timur)
Jika masyarakat lokal secara kepercayaan beranggapan adanya perubahan bentuk pulau dikarenakan sang  penunggu dasar laut disebutlah sebagai gurita raksasa,  sedang Bapak mengisahkan bahwa perubahan bentuk pulau pasir putih ini karena musim derasnya ombak dan musim angin laut.Â
Atau memang karakter karang tanah dan bebatuan yang ada di pulau Bahuluang tingkat labilitasnya mudah terpengaruh deburan ombak dan angin yang kencang. Wallahu'allam.
Di Pulau Bahuluang yang cukup terpencil Bapak sempat berjumpa dengan salah seorang penduduk yang telah mengenalnya lewat  salah satu  karya tulis  beliau yang berjudul  "Meretas Jalan Menuju Ma'rifatullah".
Takjub saja bagi Ayahanda kami,  karena tanpa beliau sangka buku karya tulis yang diterbitkan pada beberapa tahun yang lalu sudah ada orang yang memilikinya di pulau seterpencil Bahuluang bayangkan saja perjalanan dari Bandung menuju Makassar hampir dua jam menggunakan pesawat kemudian dari Ibu Kota Sulawesi Selatan harus menyeberangi pulau jika menggunakan pesawat udara memakan waktu sekitar 40 menit dari Bandar Udara Sultan Hasanuddin  menuju  Bandar Udara H. Aroeppala  Benteng Selayar.
Sedangkan jika kita berniat menggunakan jalur laut ada dua pilihan untuk di eksplorasi :
- Menggunakan Kapal Kayu Tradisional
- Menggunakan Feri  bermotor tiga
Naik kapak feri dari pelabuhan Bira dengan harga karcis lebih kurang Rp 50.000 / orang jadwal pemberangkatan pagi hingga sore jarak tempuh lebih kurang 2 jam sampai di pelabuhan Pamatata.

- Berangkat dengan cara berombongan lebih hemat biaya
Berjalan bersama -- sama menuju Bahuluang menyaksikan pasir putih dan alam bawah laut dengan bersama -- sama lebih ringan di ongkos dan pastikan keseruannya.
- Siapkan  perbekalan secukup menuju Bahuluang
Sebagaimana telah di jelaskan oleh Bapak sebagai Kakeknya putera -- putera kami, Â di Bahuluang tidak ada restoran, warung, atau sejenis cafe. Â Maka untuk kenikmatan saat menyaksikan alam bawah laut dan pasir pantainya jika letih butuh makanan dan minuman penting disiapkan saat masih berada di Selaya
- Membawa hammock dan alat snorkeling.
Bahuluang adalah surga bawah laut maka kedua  benda  ini jika memungkin untuk di bawa bersenang -- senang menikmati angin pantai dan menyaksikan indahnya pemandangan di bawah laut baik yang dalam ataupun yang dangkal.
- Bisa membawa peralatan camping jika berencana untuk melakukan camping di Bahuluang.
Rencana berkemah di Bahuluang hal yang tampaknya mungkin dapat dilakukan jika merasa  penasaran  hendak menyaksikan sun rise atau sun set.
Karang -- karang Bahuluang
Bapak tentu ingin menunjukkan pada putra / putri dan para cucu juga menantu  sekedar cindera mata penambah kisah perjalanan beliau menuju Bahuluang disamping begitu terpikatnya dengan keindahan pantai dan alam bawah laut Bahuluang, maka beliau membawa beberapa karang dari Bahuluang hingga sampai ke Bandung.


Bapak menjawab datar -- datar saja : Â "Karang laut ini bukan untuk di perjual belikan sebagai koleksi saja bahwa di dunia ini ada sudut -- sudut surga yang belum sempat di ketahui oleh masyarakat luas."
Dan beliaupun kembali ke Pulau Selayar dengan rencana lebih matang menuju Bahuluang beserta rombongan yang terdiri dari sepuluh orang  sejak 22 November (3 Rabiul Awwal 1439 H) hingga 1 Desember  2017 M
Bahuluang pulau dengan penguasa gurita, Â apakah legenda yang di abadikan atau memang kita belum sempat menguangkap data ilmiah tentang perubahan bentuk berbagai pulau yang ada di Indonesia.
Ciburial  8 Rabiul Awwal 1439 H
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI