Mohon tunggu...
Ni Luh Rosita Dewi
Ni Luh Rosita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Youth Activis | Politic and Self Development

Upgrading and empowering youth to be local leaders, encouraging them to provide criticism of public policy.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Why Winners Always Quit?

1 Januari 2024   21:20 Diperbarui: 1 Januari 2024   21:50 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ni Luh Rosita Dewi - Dokumen pribadi

Tahun 2023 jadi tahun yang cukup emosional bagi saya secara pribadi. Saya banyak merenung dan merefleksikan setiap perjalanan yang saya lalui.

Terkadang saya berfikir sejak saya menjadi siswa menengah pertama hingga hari ini saya banyak terlibat dalam pergolakan yang menguras emosi. Entah itu mengetuai organisasi atau turut membangun sesuatu yang berdampak.

Sejenak saya berpikir dan mencoba berkalkulasi apakah ini worth it untuk saya lakukan?

Sederhananya mungkin setiap orang harus mengambil napas sejenak termasuk untuk QUIT.

Ini benar-benar mengingatkan saya dengan TED X Zahid yang berjudul Winners Always Quit. Bagaimana kita mengambil keputusan keluar dari sesuatu, meski harus bertaruh harga yang sangat mahal didalamnya yang bahkan kita tidak tahu apakah itu akan berhasil atau tidak pada akhirnya.

Proses ini mengingatkan saya pada seseorang yang berkata, bahwa tahun 2024 akan menjadi tahun pertaruhan. Semua orang sedang bertarung habis-habis dengan keputusan dan targetnya masing-masing. Meski, harus berdarah darah sekalipun.

Memang pada akhirnya, ini semua tentang pilihan. Kita harus memilih meskipun kebingungan bisa saja menerpa dipertengahan jalan.

Tulisan ini, tidak sedang mengisyaratkan sebuah ulasan tentang penyesalan. Karena apapun itu menyesal tetap tidak menyelesaikan masalah, apalagi mengubah sesuatu yang telah terjadi. Ini adalah pembelajaran yang dipetik dari setiap momen berproses dari waktu ke waktu.

Dimana pengalaman memang benar-benar mendewasakan seseorang. Saya masih ingat betapa bersemangatnya saya saat memulai suatu hal yang baru, datang dengan semangat dan idealisme khas anak remaja.

Berfikir untuk dapat mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Mencoba berkreatifitas tanpa batas seperti quotes-quotes yang sering bertebaran di dunia maya ternyata tidak sekeren itu. Mampu mendominasi dibeberapa tempat membuat saya kerap mendapatkan sentimen awal yang cukup menyebalkan. Saya tidak pernah membalas, kebanyakan dari mereka akhirnya meminta maaf karena telah berprasangka buruk. Itu karena saya konsisten dengan value yang saja pijakkan dari awal hingga akhir perjalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun