Mohon tunggu...
Ni Luh Rosita Dewi
Ni Luh Rosita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Youth Activis | Politic and Self Development

Upgrading and empowering youth to be local leaders, encouraging them to provide criticism of public policy.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Badai Tuan Telah Berlalu, Ini aku dan Cerita 20an

14 Juli 2023   14:36 Diperbarui: 14 Juli 2023   14:54 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Badai Tuan Telah Berlalu, Ini aku dan Cerita 20an. Gambar: Pribadi Ni Luh Rosita Dewi

"Badai Tuan telah berlalu" merupakan penggalan kalimat lirik pertama dari lagu karya Banda Neira yang berjudul Sampai Jadi Debu.

Kalimat itu aku kutip bukan untuk menceritakan romansa seperti pesan lagu itu. Tapi lebih kepada proses bertumbuh di usia 20an yang tidak bisa kita kerjakan sendirian.

Umur 20th bukanlah masa-masa yang mudah. Tapi meskipun begitu aku sepakat, diusia ini juga adalah fase bahagia dan kebebasan dalam mengeksplorasi diri dapat benar-benar dilakukan dengan maksimal. Alasannya sederhana, karena diusia 20an kita masih punya banyak tenaga, semangat dan juga idealisme yang kuat untuk melakukan hal-hal yang kita sukai. Kita juga belum terikat sesuatu yang menuntut kebutuhan tinggi selain diri sendiri.

Balik lagi, seperti yang aku bilang. Ternyata masa-masa 20an bukanlah hal mudah. Meski segala sesuatu bisa didapat dengan mudah di era ini, itu juga tidak menjamin kita bisa lepas landas dan mendarat dengan mulus mencapai tujuan. Ada kalanya kita harus tersandung dan akhirnya kehilangan keseimbangan lalu jatuh.

Unik yahh! kalau bisa aku bilang usia 20an mungkin adalah usia babak belurnya anak muda. Emosi kita yang belum stabil, karir yang masih musti diupgread di setiap kesempatan, dan percintaan yang masih di proses tuhan. Ahhh, initinya kacau-kacaunya anak muda ada di usia 20an ini. Belum lagi yang sering insecure sama diri sendiri, masa-masa ini akan menjadi masa terburuk karena kita akan sering berlomba membandingkan perkembangan kita dengan teman sejawat.

Padahal hidup bukan perlombaan. Bahkan jika perlombaan itu ada, harusnya kita hanya berlomba dengan diri sendiri. Jadi semakin baik dari waktu ke waktu.  

Aku sempat bertanya pada salah satu guru spritualitas agamaku, pertanyaanku sederhana:

"Pak kenapa manusia bisa merasa hampa atas pencapaiannya? bukankah aneh anak muda merasa ada yang kosong dalam dirinya meski dia mencapai banyak hal dalam usia muda?"

Kemudian beliau bercerita panjang lebar tentang realitas kita sebagai manusia,

"nak apakah kamu pernah mengamati orang naik gunung?" seru dia padaku
"ya pak pernah" jawabku, "lalu apa yang kamu simpulkan setelah mengamatinya?" timpalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun