Mohon tunggu...
Rosi Octariantoni
Rosi Octariantoni Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Sejarah di Universitas Riau

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tugu Gadjah Poetih menjadi Bukti Perjuangan Masyarakat Kenegerian Simandolak dalam Mengusir Belanda

25 September 2021   10:00 Diperbarui: 25 September 2021   10:01 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tugu atau monumen merupakan salah satu bukti dari perjuangan suatu daerah terhadap hak-haknya pada masa penjajahan. 

ugu atau monument tersebut dibangun dengan maksud dan tujuan agar masyarakat sekitar tahu bahwa mereka pernah berada di masa perjuangan mempertahankan wilayah atau daerah yang sekarang mereka tempati.

Tugu atau monument pun dijadikan sebagai daya tarik atau ikon dari daerah tersebut sehingga menjadi ciri khas dari suatu wilayah tertentu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) monument adalah bangunan atau tempat yang mempunyai nilai sejarah yang penting dan karena itu dipelihara dan dilindungi negara, sedangkan tugu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti tiang besar dan tinggi dibuat dari batu, bata dan sebagainya.

Tugu terbagi atas dua jenis yang pertama itu tugu pahlawan yaitu untuk memperingati pahlawan yang gugur dalam perang. Yang kedua itu tugu peringatan yaitu bangunan yang didirikan sebagai tanda untuk mengingat peristiwa penting, peristiwa bersejarah, atau untuk menghormati orang atau kelompok yang berjasa.

Salah satu tugu atau monument bersejarah yang ada di Kuantan Singingi adalah Tugu Gadjah Poetih yang terletak di Jl. Sudirman simpang tiga Lapau Gading, Desa Tebing Tinggi Simandolak, Kecamatan Benai, Kabupaten Kuantan Singingi.

Tugu Gadjah Poetih merupakan salah satu dari tugu peringatan yang didirikan untuk mengenang dan mengingat peristiwa sejarah dan perjuangan masyarakat kenegerian Simandolak pada saat memperjuangkan hak-haknya di masa Agresi Militer Belanda II yaitu pada tahun 1949.

Dinamakan Gadjah Poetih karena setelah menyerahnya Jepang terhadap sekutu dan datangnya kembali sekutu dan NICA ke Indonesia yang mana mereka melancarkan serangan untuk menguasai Indonesia kembali yang sekarang kita kenal dengan sebutan Agresi Militer.

Dalam upaya menghalau serangan sekutu dan NICA ini maka pada masa itu tetua di kenegerian Kuantan memerintahkan setiap kenegerian di Kuantan untuk membentuk aliansi dalam melawan Belanda atau sekutu.

Begitu juga dengan kenegerian Simandolak. Kenegerian Simandolak ini dahulunya terdiri dari atas lima kenegerian yaitu, Koto Simandolak, Tanjung Simandolak, Tebing Tinggi Simandolak, Pulau Lancang Simandolak, dan Pulau Ingu Simandolak. Yang mana kenegerian Simandolak membuat satu aliansi yang dinamakan dengan nama Pasukan Gadjah Poetih, dan aliansi ini juga dibantu oleh kenegerian Siberakun.

Dalam peperangan melawan Belanda atau sekutu pada masa Agresi Militer Belanda II, perlawanan terhadap Belanda terjadi di daerah Gunung Kesiangan, yang pada saat itu Pasukan Gadjah Poetih ini di pimpin oleh Abdul Hasyim sedangkan untuk anggota pasukan ini di antaranya ialah Zainoedin, Djafar Tioes, Abd. Hasim, Abd. Sarif, Abu Bakar, Siamad, Roham, Hadris, Abd. Malik, Djalaloedin, Soelaiman, Zainoedin, Alimoesa, Abd. Madjid, M. Lasim, Abdoelah Sarif, Demar Maan, Aline, Moesa Saidimalin, Soemin, Moesa, Atit, H. Saliah, M.Soedin, Yoenoes Ramli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun