Mohon tunggu...
Rosidin Karidi
Rosidin Karidi Mohon Tunggu... Human Resources - Orang Biasa

Dunia ini terlalu luas untuk ku. Menjadikan sadar semakin sedikit yang ku tahu.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Terkunci di Jalan, Lewatkan Tarawih Malam Pertama

16 Mei 2018   22:12 Diperbarui: 16 Mei 2018   22:36 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pojoksatu.id

Menyambut kehadiran bulan Ramadan sudah pasti dengan penuh kebahagiaan. Kita sebagai umat Islam sudah selayaknya demikian. Segala macam rencana disiapkan sebaik mungkin. Berbagai kendala pun diantisipasi, dari pengalaman tahun sebelumnya.  Bulan Ramadan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu, karena juga belum tentu ketemu dengan Ramadan tahun depan. 

Dari sekian banyak rencana penyambutan adalah bisa shalat tarawih di malam pertama bersama keluarga di masjid. Selain karena meningkatnya ghirah keagamaan dan menambah amalan ibadah juga untuk memberikan pendidikan sekaligus melatih anak untuk bersiap puasa. Nuansa ini sangat ditunggu hampir semua orang yang menyambut datangnya bulan Ramadan. Bulan suci yang didalamnya penuh berkah dan ampunan. 

Sebagai kaum urban yang hidup mencari nafkah di Jakarta, ternyata rencana tidak selalu berjalan mulus. Kondisi jalanan tidak mudah diprediksi. Tingkat kemacetan lalu lintas sering tidak bersahabat. Hal ini bukan saja terjadi di Ibu Kota, tetapi juga di kota satelit seperti halnya Depok. 

Sore ini sepulang jam kerja, jalanan terlihat sangat ramai. Hampir seluruh pekerja perkantoran pulang pada waktu yang hampir bersamaan. Tujuan mereka mungkin sama, bisa tarawih di malam pertama. Itulah komentar beberapa orang yang penulis temui saat di stasiun Juanda, Jakarta. 

Kereta sore memang selalu padat. Kondisi yang sama kereta pagi saat menuju Jakarta. Mengantarkan pekerja kembali ke tujuannya masing-masing. Jangan harap dapat tempat duduk. Berdiri pun, kaki sering beradu dengan penumpang lain.

Tapi sore ini, kondisi kereta lebih padat dari biasanya. Dua kereta beriringan dengan tujuan pun sudah padat sejak stasiun awal, stasiun Jakarta Kota. Maklumlah ini malam pertama bulan Ramadan, pastilah mereka punya kesibukan di rumahnya, pikirku. 

Dinginnya "air conditioned" kereta seakan tak mampu menghempas aroma asam bercampur keringat penumpang. Maklum ini kondisi sore, peluh bercampur lelah para pekerja. Sangat berbeda nyata dengan pagi, meski berdesakan masih tercium aroma wewangian sabun dan parfum sejumlah penumpang. 

Untuk urusan tepat waktu dalam transportasi, kereta api memang jagonya. Asal jangan terkena gantian jalur, apalagi gangguan sinyal. Bersiaplah berdiri lebih lama, karena tidak ada prediksi waktu yang pasti jika ada gangguan sinyal.

Turun dari stasiun Pondokcina, seperti biasa untuk mencari transportasi online harus jalan kaki ke jalan raya. Jam di gawai sudah menunjukan pukul 18:20. Semestinya dua puluh menit lalu, karena tertahan saat bergantian jalur di stasiun Gambir. Sambil menjalankan order, cukup lama tidak ada driver nyamber. Harga pun dua kali lipat dari biasanya. Begitu tiba di pangkalan, benar saja, driver yang mangkal kurang dari seperempat biasanya. Sementara penumpang berjubel menunggu driver datang.

Akses ke tujuan bisa melalui jalan Kelapa Dua, lewati Mako Brimob tempat terjadinya kerusuhan beberapa waktu lalu atau akses jalan baru Juanda. Saat bertemu driver, dia bercerita kedua jalur sangat padat.  Oke kukatakan terserah driver pilih jalur mana.

Meski menurut pilihan driver adalah jalan yang tidak padat, Kelapa Dua, tetap saja sore itu sejak depan kampus Universitas Indonesia, kendaraan, mobil khususnya, sudah tidak bergerak. Entah kemacetan jenis apa di depan sana. Tapi ini tidak seperti biasanya. Motor tumpangan, berkelok kanan kiri, nyelip diantara jarak mobil yang sedang "parkir" di jalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun