Mohon tunggu...
Rosidin Karidi
Rosidin Karidi Mohon Tunggu... Human Resources - Orang Biasa

Dunia ini terlalu luas untuk ku. Menjadikan sadar semakin sedikit yang ku tahu.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Catatan Jelang Ramadan, Sedihnya Aku!

8 Mei 2018   22:16 Diperbarui: 8 Mei 2018   22:58 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | sumber: islamkafah.com

Tidak lama lagi, kita akan masuki bulan ramadan. Tak terasa sudah hampir setahun berlalu, kita akan dipertemukan kembali dengan bulan suci. Rasa itu selalu muncul, senang dan sedih berpadu. 

Bicara soal puasa ramadan, bagi umat Islam sudah jelas perintahnya. Surat Al-Baqarah ayat 183. Ayat ini akan diputar ulang penceramah disela berbagi aktivitas keagamaan jelang maupun selama bulan ramadan.

Terjemahan: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". (sumber: http://quran.kemenag.go.id)

Kita sering mendengar ayat ini, respon setiap orang pun berbeda. Ada yang biasa, setiap tahun bulan ramadan itu datang dan lewat begitu saja. Ada yang menyambutnya senang hati, berharap mendekatkan ghirah keagamaan. Ada pula yang merasa repot karena mengurangi kebebasan, makan dan minum disiang hari.

Namun bagi penulis, menghayati ayat ini, ada dua hal yang membuat sangat sedih. Ingin menangis rasanya. Kedua hal tersebut adalah objek yang dipanggil dan cara memanggil. "Wahai orang-orang yang beriman!".

Objek yang dipanggil dalam ayat itu adalah orang-orang yang beriman. Iman yang membedakan dan menyadarkan bahwa manusia memiliki kelebihan dibanding hewan. Iman merupakan status bagi orang Islam yang telah mengimplementasikan rukun iman. Enam keimanan yang harus dipegang adalah kepada Allah, kepada malaikat, kepala kitab-kitab Allah, kepada Rasul, kepada hari kiamat, dan kepada takdir dan qadar.

Bagaimana pun keimanan seseorang harus berangkat dari sesuatu yang tidak tahu. Keenam komponen keimanan tersebut, tidak mungkin dlihat dan diketahui dengan kasat mata, kecuali kitab suci Al-Qur'an. Namun sesuatu yang dicari tidak ketemu, bukan berarti sesuatu itu tidak ada. Ini soal keimanan. Urusan hati, bukan lagi akal. 

Sedihnya, mengambil definisi tersebut, rasanya penulis tidak sepenuhnya memenuhi kriteria sebagai orang beriman. Penuh dosa sepanjang sebelas bulan lalu. Banyak, bahkan sering dalam kehidupan sehari-hari ingkari keimanan yang semestinya tertanam di hati.

Peluh bercampur dosa setiap hari. Langkah kaki, masih banyak melintasi kerikil dan jurang dosa. Tangan, mata, telinga, mulut, tidak pernah dikontrol untuk tidak mendekati dosa. Pantaskah dipanggil masuk gerbong ramadan untuk sampai ke ujung Idul Fitri.

Kedua, di ayat tersebut Allah menggunakan kata "WAHAI" untuk memanggil orang beriman. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring keluaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kata wahai merujuk pada "kata seru" yang digunakan untuk menarik perhatian, memanggil, dan memperingatkan.

Sedihnya, ternyata Allah memanggil orang beriman sekalipun, dengan kata wahai. Kata itu dipakai untuk memanggil banyak dari jarak yang (sangat) jauh. Artinya penulis, kalau pun dianggap sebagai orang beriman, sudah sangat jauh dari Allah, jauh dari kesucian. Penuh dengan gelimang dosa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun