Mohon tunggu...
Rosiana
Rosiana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

A reluctant learner.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menjadi Mahasiswa Bermasalah Itu Nikmat

10 Oktober 2018   18:22 Diperbarui: 10 Oktober 2018   18:43 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iustrasi: Bernas.id

Setiap didera masalah, aku selalu berusaha mengatasinya sendirian. Aku tak mau orang lain tahu aku punya masalah. Aku tak mau orang lain harus ikut merasakan lelah karena masalah yang aku miliki. Aku hanya ingin mereka tahu bahwa aku ini baik-baik saja. Akhirnya aku selalu menutupi dan mengatasi semuanya sendiri. Hasilnya? Aku bisa.

Ya, dulu waktu kecil aku bisa mengatasi semuanya sendiri karena masalah yang mendera tidak serumit saat dewasa.

Perlahan semakin bertambah dewasa, masalah pun semakin rumit. Masalah sekolah, teman, pacar, keluarga, komunitas. Ah rasanya diriku sudah tak sanggup lagi menahan semua beban ini sendiri. Jika itu terjadi biasanya turun hujan, bukan dari langit. Tapi dari mata. Hujan itu membasahi pipi dan sedikit melegakan hati. Setelah tenang barulah aku berani becerita pada orang tua. Tapi itu pun tidak ku ceritakan semuanya. Aku pilah pilih lagi mana yang pantas untuk diceritakan dan mana yang sebaiknya aku simpan waja sendiri.

Ketika semua sudah baik-baik saja. Aku kembali pada konsep diriku untuk mandiri. Melakukan semuanya sendiri. Sampai-sampai ketika aku disakiti oleh seseorang pun aku tidak mampu mengutarakan rasa sakit yang aku rasakan. Aku hanya bisa menangis sendirian dan mencob berdamai dengan diri.

Kadang usaha itu berhasil. Kadang juga gagal. Memikirkan cara yang tepat sendirian sering kali membuatku kesal dan rasanya kepala ingin meledak. Ingin teriak sekencang-kencangnya. Tapi apa daya.. aku tak mampu. Aku terlalu berambisi untuk bisa terlihat 'baik-baik saja' di depan orang-orang.

Sampai akhirnya ada masa di mana aku merasakan kacau. Rasanya seperti ada yang membisikkan bahwa aku harus keluar dari kondisi seperti ini. Bisikan itu terus mengganggu. Membuatku hilang kendali. Membuatku melamun dan sering kali cemas. Membuatku tak bisa tidur dengan nyenyak. Bahkan sering kali tiba-tiba menangis tanpa alasan.

Teman-temanku berusaha membujukku untuk bercerita. Tapi aku masih tidak berani. Sampai akhirnya ada seorang kawan yang bercerita bahwa dirinya pernah mengalami hal yang sama, dan ia ingin membantuku.

Lalu tanpa pikir panjang aku pun mempercayainya. Aku ceritakan semua tentang kondisiku. Inginku di semester akhir ini aku mampu tuntaskan semua tanggung jawab studiku. Tapi bagaimana bisa dengan kondisi kesehatan mentalku yang sedang kritis seperti ini? Sulit... bukannnya aku tak mau mengerjakan semua tugas perkuliahan. Tapi ini sulit. Aku selalu terganggu.

Akhirnya temanku yang pernah mengalami kondisi sama sepertiku menyarankan kepadaku untuk konsultasi pada psikolog.

Awalnya aku pikir itu terlalu berlebihan. Untuk apa? Apakah psikolog bisa membantu? Ini kan rahasiaku.

Tapi perlahan aku coba berpikir dengan jernih, dan mendudukkan kembali fungsi psikolog. Di situ aku yakin bahwa psikolog adalah seorang ahli yang bisa membantuk keluar dari gangguan mental ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun