Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gaya Hidup Menjadi Faktor Penentu Biaya Hidup

11 September 2025   04:20 Diperbarui: 11 September 2025   04:20 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan direstoran diajak putra kami (dok pribadi)

Kami setiap hari keluar rumah dengan membawa masakan sebagai sarapan untuk lunch .Jadi sebulan kami memerlukan biaya  30 x 26=780.dolar setara dengan Rp 7.800.000.-

Begitulah kami sesuaikan gaya hidup  di negeri orang. Karena bla kita tidak berhemat dan ingin meniru gaya warga lokal  disini  maka pengeluaran pasti akan membengkak.

Kesimpulan :

Walaupun ada pribahasa mengatakan:" Dimana bumi di pijak disana langit dijunjung" , yang dapat dimaknai agar sebagai pendatang, alangkah eloknya bila kita mau menyesuaikan diri dengan aturan setempat. Tetapi bukanlah berarti bahwa kita harus meniru gaya hidup warga lokal, khusus nya yang menyangkut masalah keuangan.

Kita bisa berhemat sesuai dengan dana kita  Sesekali makan di restoran, tentu saja tidak ada masalah . Seperti kami , makan di restoran bila diundang anak,mantu ,cucu dan cucu mantu 

Karena kami makan kami masak sendiri jauh hemat dibandingkan makan di restoran. Kami tak pernah makan di restoran dengan biaya kami sendiri kecuali ada tamu kami dari Indonesia yang datang,kami ajak makan di restoran.

Bilamana suatu waktu ada dari antara sahabat sesama Penulis di Kompasiana yang berkunjung ke Perth, jangan kuatir. Akan kami ajak jalan dan traktir makan di restoran. Karena hidup hemat, bukanlah berarti harus pelit. Ingin membuktikan? Silahkan mengunjungi kami berdua di Perth. 

Begitu juga dengan minum wine, beer dan.jenis minuman alkohol lainnya, kami berdua tidak pernah ikut. Pilihan kami berdua adalah Cappucino atau teh dan air putih. Begitu juga dengan cara berpakaian. Kami berdua tetap berpakaian dengan gaya sebagai orang Indonesia. 

Karena prinsip kami, untuk apa meniru gaya hidup warga lokal,bila hanya akan menjadi beban dalam kehidupan. Menyesuaikan diri dengan tradisi setempat, tapi jangan sampai kehilangan jati diri sebagai orang Indonesia..

Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk berkunjung ke tulisan ini 

11 September 2025.

Salam saya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun