Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mau Beramal Waspadai Penipuan?

2 Mei 2024   03:56 Diperbarui: 2 Mei 2024   05:56 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagi Cuplikan Pengalaman Hidup 

Kalau untuk ikut beramal dengan menyumbang sejumlah uang melalui sebuah yayasan atau Dompet Amal, mungkin lebih mudah bagi kita untuk mendapatkan informasi , apakah benar untuk amal? Tetapi untuk beramal secara face to face, tentu saja tidak perlu kita berpikir sejauh itu.

Memberi pertolongan dengan membagikan nasi bungkus pada orang orang yang kurang beruntung dan disable tentu saja bermanfaat untuk meringankan beban hidup orang lain  Sebungkus nasi ramas yang bagi kita mungkin tidak berarti,bagi orang yang membutuhkan akan sangat membantu . Kami sudah pernah merasakan hidup melarat .

.Karena mereka tidak dapat bekerja untuk mencari nafkah .Kita memberi dengan ikhas bagi mereka , tanpa berharap imbalan dalam bentuk apapun.

Salah satu contoh kehidupan 


Sebagai salah satu contoh nyata adalah pengalaman suami yang sering kali dibohongi orang yang ditolong.

dokumen pribadi.
dokumen pribadi.

Cuplikan Pengalaman Hidup 

Amir(bukan nama sebenarnya) teman dengan suami .Suatu hari Amir datang ke rumah dengan wajah murung

Ditanya suami kenapa wajah nya murung? Menurut Amir neneknya di kampung dipanggil Tuhan.Dia ingin pulang tidak punya biaya sama sekali. Suami memberikan sejumlah uang untuk biaya Amir sekeluarga pulang kampung. 

Ternyata menurut temannya Amir, tidak benar nenek Amir meninggal Sudah lama  sekali neneknya dipanggil Tuhan. Ternyata Amir berbohong karena ingin mendapatkan uang dari suami.

Lain lagi dengan Umar(bukan nama sebenarnya) dia juga salah seorang teman  suami. Suatu hari Umar datang dengan sepeda ke rumah dan dia mau menitipkan sepedanya dengan meminjam uang untuk biaya uang sekolah anaknya karena sudah beberapa bulan tidak dibayar.

Bila tidak dibayar besok anaknya akan dikeluarkan dari sekolah. Mendengar ini suami jadi kasihan dan memberi sejumlah uang yang diminta untuk uang sekolah anaknya dan suami tidak menerima titipan sepeda tersebut sebagai jaminan Ternyata Umar tidak untuk membayar uang sekolah melainkan pergi berjudi.

Karim (bukan nama sebenarnya) seorang sopir . Suatu hari mampir di kantor kami dengan wajah pucat. Ketika ditanya suami, Karim mengatakan isterinya mau melahirkan dan harus dioperasi. 

Karena dia tidak punya dana untuk itu dia datang untuk meminjam pada suami. Suami memberi uang untuk operasi tanpa meminta jaminan karena suami bersedia membantu Karim. Ternyata isteri Karim baik baik saja tidak hamil sama sekali.

Masih banyak lagi kejadian yang membohong suami ,menurut suami biarkan saja Yang pentihg,kita memberi dengan ikhlas . Orang mau berbohong itu urusanya dengan Tuhan. Suami termasuk tipe orang yang tidak tegaan dan cepat jatuh kasihan 

Walaupun sudah tahu bahwa orang yang dibantu ternyata membohongi dirinya tetapi suami tidak pernah kapok untuk membantu orang. 

Prinsip hidup nya:' Kalau kita bisa membantu orang yang sedang membutuhkan, mengapa tidak?Bahwa ada yang tega membohongi, biarlah menjadi urusan pribadi masing masing. "

Kesimpulan:

Memberi bantuan pada teman dan orang lain yang membutuhkan tentu saja merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi kita. Seperti kata peribahasa:" Berbahagialah orang yang memberi daripada orang yang menerima."

Kalau kita memberikan sesuatu pada seseorang, tapi Kemudian terpikir"Jangan jangan saya dibohongi ",maka pemberiaan kita menjadi tidak berharga. Karena prinsip:" Giving is giving " tidak terpenuhi

Karena itu prinsip:' Memberi adalah memberi " sudah mendarah daging bagi kami berdua.

Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan ini 

2 Mei  2024.

Salam saya,

Roselina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun