Perbedaan tradisi antara Gereja  Australia dan Gereja di Indonesia..
Gereja di Indonesia.
Setiap minggu pasti mengunjungi Gereja dimana kami berada .Kalau kami kebetulan berada di Bandung ,maka kami ke Gereja Katedral Bandung.Begitu juga kalau di Jogjakarta ke Gereja Jogjakarta dan seterusnya Dimana kami berada pada hari minggu disitu kami mengunjungi  gereja setempat untuk menghadiri Misa  Tidak pernah kami absen ke gereja pada hari Minggu, dimanapun kami berada.Â
Pengalaman selama ini ,selesai misa kami  langsung  pulang ,karena tidak ada acara di gereja Pernah sehabis Misa kami coba berdiri di.luar gereja dengan harapan ada kesempatan untuk tegur sapa antara sesama  umat Tapi ternyata semuanya buru buru pulang.Â
Pastorpun tak tampak ,mungkin tukar pakaian didalam sehingga kami tidak pamit lagi langsung pulang.
Begitu juga selama tinggal di  Kemayoran Jakarta kami selalu mengunjungi katedral Misa pertama .Setiap habis misa kami tidak.ada saling sapa sesama umat dan masing masing pulang Karena itu kami  juga pulang ke Kemayoran dan mengisi  kegiatan untuk hari minggu tersebut.
Karena tidak ada kesempatan untuk bertegur sapa dengan pastor ,maka kamipun tidak kenal dengan pastor yang bertugas . Demikian kalau kegereja di Indonesia  bila kita tidak termasuk kedalam komunitas paroki atau wilayah paroki tersebut ,maka tidak ada kesempatan untuk saling kenal,baik dengan Pastor maupun dengan umat .
Satu satunya yang kami dapat berkomunikasi dengan Pastor adalah ketika kami tinggal di Bintaro Jaya Kami kenal dengan Pastor Scgalia SX yang pernah bertugas beberapa tahun di Padang. Bahkan kami pernah ikut aktif dalam kegiatan di ParokiÂ
Tapi sejak kami pindah dan setiap hari Minggu ke gereja Kathedral, kami hanya saling sapa,bila ketemu dengan sesama orang Padang.  Selebihnya  ,masing masing umat hanya hadir sekedar jalani kewajiban semata.
Gereja di Australia.
Selama kami tinggal di Australia, maka kami ke Gereja yang lokasinya berada dekat  dengan  daerah dimana kami tinggal Misalnya di Wollogong kami ke gereja Santa Theresia  di jalan Crown street . Kalau kami ke Perth  kami ke Gereja di Whitford ,kadang kadang Gereja St Petrus di Ocean Reef ,gereja  St Andreas di Clakson  .dan  Monastery di Fincent  .
Tapi bukan buru buru masuk ke Sakristi melainkan berdiri didepan pintu gereja. Menyalami semua umat yang keluar dari gereja sambil mengucapkan kata kata :"Thank You for coming" atau" Good Morning How are you to day" Â Ada juga yang langsung memperkenalkan dirinya bila dia melihat kita orang baru di gereja sana . Hal yang tampaknya sepele tapi memberikan gambaran bahwa antara Pastor dan umat tidak ada dinding pemisah .
Morning TeaÂ
Kami ikut morning tea yang diadakan setelah misa selesai  Disamping pintu gereja disediakan teh dan coffee serta biscuit yang semua atas sumbangan umat. Dalam kesempatan ini kami saling berkenalan dengan sesama umat . Pastor juga hadir disana .Bukan masalah minum teh atau kopi gratis tapi suasana kekeluargaan yang menjadi perekat antar sesama umat dan Pastor.Â
Juga di Gereja Monastery kami berkenalan dengan pastor yang berasal dari Kupang  Pastor Sam Kono  dan Pastor Timotyus .
Alangkah indahnya bila Gereja di Indonesia juga dapat diterapkan,sehingga antara Gembala dan domba dombanya ada kesempatan untuk saling mengenal. Bukankah ada tertulis:" Gembala yang baik akan mengenali domba dombanya dan domba dombanya mengenal dirinya?"
Tulisan ini hanya merupakan sebuah masukkan, yang mungkin ada manfaatnya.Â
29 Juli 2021.
Salam saya,
Roselina