Sering  kita mendengar serta melihat keluarga yang tinggal hanya istri atau suami saja karena salah satu dari mereka pergi merantau untuk menggubah nasib. Kondisi ini kebanyakan terjadi pada rumah tangga yang kondisi ekonominya  tidak memadai.
Memang, merantau itu butuh waktu agak lama. Bisa setahun, dua tahun atau lebih, mengingat di samping kontrak kerja, juga mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan bila seringkali bolak-balik pulang ke rumah.
Hal ini dimaksudkan agar suami atau istri mendapatkan penghasilan yang lumayan besarnya, sehingga bisa menopang bagi kehidupan selanjutnya.
Pengalaman pribadi
Sewaktu kami baru menikah dan langsung  pindah ke Medan, kami menumpang di rumah tante kami yang berada di Kawasan Gandhi. Di sana, kami berusaha hidup dengan berdagang. Tak tanggung kami berdagang lintas pulau, Medan dan Padang.
Usaha kami waku itu yaitu adalah menjual permen dari Medan, yang kami beli langsung dari pusatnya, untuk  kemudian dijual di Padang. Begitupun sebaiknya, ketika di Padang kami membeli  barang-barang makanan kaleng dari Pekanbaru untuk dijual di Medan. Berhasil?
Ternyata tidak juga, bahkan modal kami habis. Demi tidak membebani tante kami, suami saya berusaha mencari pekerjaaan lain.
Bersyukur ada teman dari Padang yang membantu sehingga suami dapat pekerjaan di PT Pikani Patumbak di luar Kota Medan, dengan syarat harus tinggal di sana sebagai karyawan tetap.
Tante kami menganjurkan, agar saya tetap tinggal di rumah karena lokasi di mana suami akan bekerja, di pabrik karet, berada di dekat hutan.
Pertimbangan tante kami, di samping keamanan yang diragukan, juga di sana tidak ada hiburan dalam bentuk apapun karena memang jauh dari pusat keramaian.
Tapi saya memilih untuk mendampingi suami. Maka kami memutuskan untuk pergi bersama dan tinggal di Patumbak.