Sejauh ini saya hanya menulis tentang pengalaman saya baik itu dalam masalah masa-memasak ataupun tips-tips memanfaatkan brosur yang tak terpakai untuk dijadikan kreasi seni. Saya belum pernah membicarakan pengalaman dalam kehidupan sebagai seorang istri. Oleh karena itu terpikirkan oleh saya untuk sedikit berbagi tentang kehidupan sebagai seorang istri. Bagaimana saya melalui hidup saya, baik sebagai seorang istri maupun sebagai ibu dari dua orang putra dan seorang putri. Dengan harapan, sedikit kisah perjalanan hidup yang saya tuliskan disini ada manfaatnya bagi orang lain. Bukan hanya khusus untuk kaum wanita, melainkan untuk semua orang walaupun pengalaman yang saya tuliskan tidak ada yang spektakuler.
Wanita Tampil Rapi, Bukan Hanya Sebelum Menikah tapi Juga Setelah Jadi Istri
Sebagai seorang istri kita tentu saja harus memperhatikan cara kita berdandan, baik itu didepan umum ataupun hanya dirumah kita sendiri. Kebanyakan wanita bila telah menikah maka dirumah setiap hari memakai daster dan terkesan sembarangan. Mungkin karena berpikir ”Ya mau apa repot-repot berdandan lagi karena hanya tinggal dirumah tidak dilihat oleh orang banyak. Paling hanya ditengok suami sendiri.”
Inilah cara berpikir yang tidak pas. Karena siapapun, pasti lebih senang menengok wanita yang sudah jadi istrinya selalu tampil rapi dan bersih. Jangan sampai sejak bangun pagi melihat tampang wanita yang wajahnya penuh berlepotan masker. Belum lagi dikepalanya penuh dengan rol dan penyepit rambut, sehingga tidak ubahnya bagaikan boneka Barbie yang rusak.
Rapi itu Perlu,tapi Bukan Jadi Pesolek
Adalah suatu kewajaran,bahwa setiap wanita, baik itu sudah atau belum berkeluarga selalu harus memperhatikan penampilan. Karena kalau setiap hari hanya memakai daster bila ditemukan akan dikira pembantu oleh orang yang tidak kenal dengan kita karena penampilan pembantu rumah tangga jauh lebih rapi ketimbang nyonya rumah sebagai seorang istri.
Bangun Tidur,Terus Rapi Diri
Mungkin kita semua masih ingat lagu yang biasa dinyanyikan anak-anak TK ”Bangun pagi kuterus mandi.....dan seterusnya'” Sesungguhnya hal ini juga berlaku untuk kaum wanita,terutama yang sudah menjadi seorang istri.
Jadi setiap pagi hari setelah bangun dari tidur langsung mandi dan tukar pakaian dengan rapi. Tentu saja tidak harus mengunakan pakaian pesta yang penting pakaian rapi dan laik untuk dipakai. Berhias sedikit sekedarnya sehingga penampilan kita ok saja. Kalau setiap hari sehabis mandi kita masih pakai rol diatas kepala dan berpakaian dengan daster saja tentulah bukan merupakan tampilan yang lajak sebagai seorang istri ataupun ibu rumah tangga. Karena hal-hal yang tampaknya sepele, sehingga seringkali diabaikan akan berpengaruh negatif terhadap keharmonisan rumah tangga. Pemicu konflik rumah tangga selalu diawali dengan hal-hal sepele,yang semakin lama semakin menumpuk bagaikan merakit bom waktu. Bisa saja hal-hal kecil menjadi pemicu dan meledaknya “bom waktu” akibat dari kelalaian kita sendiri.
Dandan Seperlunya Sudah Cukup
Tulisan ini saya bagikan berdasarkan pengalaman hidup sebagai seorang istri yang sudah mengalami susah senangnya berkeluarga selama lebih dari lima puluh tahun. Sebagai istri kita tidak perlu dandan yang mentereng, kecuali bila kita mau ke pesta atau perayaan.
Jangan sampai seluruh waktu yang ada digunakan untuk terus berdandan sepanjang hari,sehingga tidak lagi ada waktu untuk memperhatikan kehidupan keluarga kita. itu tidaklah baik bagi seorang yang sudah berkeluarga. Karena bila waktu kita kita pakai hanya untuk berdandan saja, maka keluarga terabaikan tidak mendapat perhatian dari kita.Ini amatlah tidak baik untuk keharmonisan berkeluarga.
Perhatian dari suami
Bagaimanapun seorang suami akan merasa bangga kalau istrinya berpenampilan menarik, seksi dan dipuji teman-teman, tapi jangan lupa, disamping itu suami juga ingin istrinya pandai mengurus rumah tangga dengan baik, mendidik anak-anak dengan cermat serta tahu membagi waktu,untuk diri sendiri dan untuk mengurus keluarga
Prioritas yang Dijadikan Pedoman Hidup
Bangunlah lebih awal. Bersih-bersih diri agar tampil rapi, tapi tidak perlu bersolek, lalu mempersiapkan sarapan pagi bagi suami dan anak-anak serta duduk sarapan bersama.
Istri Juga Kerja, Bukan Alasan Rumah Berantakan
Cukup banyak yang memberi alasan karena istri juga bekerja, maka tidak ada lagi kewajibannya terhadap rumah tangga sehingga banyak hal diabaikan. Seperti juga kata pribahasa,sedikit sedikit ,lama-lama menjadi bukit. Rasa tidak puas dan kecewa .suami menyaksikan istri hampir tidak menyentuh lagi urusan rumah tangga, karena alasan bekerja semakin lama semakin menumpuk. Hingga suatu waktu, keretakan dan perpecahan rumah tangga tidak lagi dapat dihindarkan. Padahal masalahnya diawali dengan hal yang tampak kecil.
Saya sendiri juga berkerja sebagai guru selama hampir 20 tahun. Pulang mengajar masih memberikan les tambahan di rumah. Kemudian ketika hidup kami membaik, saya berhenti mengajar dan bekerja membantu suami di perusahaan kami secara aktif untuk me-manage keuangan dan administrasi perusahaan. Tapi kewajiban sebagai istri tidak pernah terabaikan.
Sulit menjadi seorang istri? Kalau dijalani dengan ikhlas tidak akan menjadi beban dalam hidup kita, kecuali kalau merasa sebagai sebuah keterpaksaan.
Padamkanlah api sejak masih kecil. Mungkin pesan singkat ini dapat menjadi pedoman bagi kita semuanya.
Perth, 23 Pebruari 2017.
Salam saya,
Roselina