Mohon tunggu...
Rosita Sinaga
Rosita Sinaga Mohon Tunggu... Guru - artikelmissrosita.blogspot.com, youtube: https://bit.ly/3nQfGqY

Seorang pendidik dan penulis yang ingin memberi manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Terjebak Berlibur di Negara Pandemi Eropa, Ini Kisahku (Part 4, Akhir)

22 Mei 2020   07:00 Diperbarui: 1 Juni 2020   09:42 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waffle Belgia di sepanjang jalan Manneken Pis (dokpri.)

Tujuan akhir kami di Belanda menuju Volendam dan Amsterdam Central/ Dam square area.

Sebelum menuju ke sana, kami dibawa ke sebuah kebun yang penuh dengan bunga alamanda berwarna kuning. Kenapa harus ke tempat ini?  Dalam itinerary kami sebenarnya sudah ada rencana untuk melihat festival bunga di Belanda, tetapi karena wabah corona, semua wisata publik ditutup  dan jadilah kami dibawa ke kebun bunga ini.  

Meskipun kecewa, kami tetap mencoba tersenyum berfoto ria dengan latar bunga-bunga kuning. Tidak ada bunga tulip, bunga alamandapun jadi. Tidak jauh dari sana, ada lagi perkampungan yang penuh dengan bunga lavender berwarna pink dan ungu. Cantikkk sekali.

Kebun bunga alamanda pengganti festival tulip (dokpri.)
Kebun bunga alamanda pengganti festival tulip (dokpri.)

Selain ingin melihat bunga tulip, kami sebetulnya sangat ingin berfoto di depan rumah kincir angin yang menjadi ciri khas negara Belanda. Tetapi kenyataan berbeda, sesampai di desa kincir angin di Rotterdam, kami tidak diijinkan masuk karena tempat sudah ditutup untuk umum berdasarkan aturan lock down pemerintah setempat.

Sedih banget rasanya, kami hanya melihat rumah kincir yang menjadi ikon Belanda dari kejauhan. 

Tour guide kami tidak hilang akal untuk menjadi lokasi yang ada rumah baling-balingnya. Tidak jauh dari sana, kami menemukan rumah dengan kincir angin besar, hanya saja tidak sebagus rumah yang ada di Rotterdam. Yah, setidaknya kami sudah berfoto di depan rumah kincir angin.

Selanjutnya kami menuju dermaga di Volendam, di mana ada rumah-rumah bagus di sepanjang pesisir laut. Kami terkagum dengan rumah-rumah mungil yang tertata rapi di sana. Hanya saja selama di sini saya cukup terganggu dengan lalu lintasnya  yang membingungkan.  Lagi asyik memandang laut, tiba-tiba nyelonong sepeda dan mobil, sehingga saya selalu was-was berjalan di tempat ini. Peserta lainpun berjalan di tengah dan sama sekali tidak tahu ada sepeda atau mobil yang lewat. Kalau di Jakarta kan, jalur dekat pantai tidak ada yang lewat sepeda apalagi mobil.

Ada beberapa orang Belanda yang kesal dan mengumpat. Entah karena kesal melihat kami berjalan di tengah  atau karena rasis Asia akibat virus corona.

Laut di sana bersih, tidak ada sampah. Hanya saja warnanya kecoklatan, tidak biru seperti yang saya bayangkan. Kami terus menyusuri tepi pantai dan menemukan toko-toko souvenir yang masih buka. Kebanyakan mereka bisa sedikit berbahasa Indonesia. Mereka juga sangat ramah.

Kami membeli beberapa souvenir di sana sekalian bisa menghangatkan badan di tengah cuaca dingin. Sangat disayangkan lagi, rencana tur yang tadinya akan berfoto dengan baju tradisional Belanda batal lagi karena corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun