Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Seorang Petani Tua dan Pencuri Pepaya

7 Juli 2020   17:13 Diperbarui: 7 Juli 2020   17:37 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alkisah, tersebutlah seorang petani tua dengan istrinya yang hidup secara sederhana di sebuah desa. Ia memiliki sebidang tanah yang ditanami puluhan pohon Pepaya. Suatu sore, ia memeriksa kebun Pepayanya, dan tampak beberapa buah pepaya sudah mulai menguning, yang artinya sudah tua dan hampir masak. Ia putuskan akan memetik beberapa buah pepaya itu esok pagi.

Keesokan paginya, sesuai rencana ia bergegas menuju kebun Pepayanya untuk memetik beberapa buah Pepaya yang mulai masak. Namun apa yang terjadi?, beberapa buah Pepaya yang mulai menguning telah lenyap dari pohonnya. "Kemana buah Pepaya yang kemaren ku lihat sudah mulai menguning?, apakah ada yang mencurinya?", gumamnya dalam hati.

Dengan wajah sedih, ia kembali bergegas pulang ke rumahnya. Setibanya di rumah, sang isteri melihat kepulangannya dengan wajah murung, lantas bertanya. "Ada apa pak?, kenapa kau tampak sedih begitu?". Lantas Petani Tua tersebut menceritakan akan hal yang dilihatnya di kebun, dimana beberapa buah Pepayanya telah hilang dari pohonnya. 

Sang istri kemudian menghiburnya,"sudahlah pak, tidak perlu dibawa sedih, bukankah buah Pepaya yang hilang hanya beberapa saja, sedangkan yang tersisa masih banyak". "Yang aku sedihkan bukan buah Pepaya yang telah hilang bu. Namun yang aku pikirkan adalah, mengapa sampai ada orang yang bersusah payah mengambil buah Pepaya malam-malam dan belum lagi pohonnya cukup tinggi". Timpal si Petani Tua tersebut kepada istrinya.

Segera si Petani Tua tersebut bergegas ke belakang rumahnya untuk mengambil tangga. "Untuk apa tangga itu, pak?, tanya istrinya. "Tangga ini akan kusandarkan di pohon Pepaya,bu'. Jawab sang Petani Tua .

Tak lama kemudian, sang Petani Tua kembali menuju kebun Pepayanya untuk menyandarkan tangga tersebut di pohon Pepaya. "Aku berharap orang yang akan mengambil buah Pepaya ini malam-malam tidak perlu bersusah payah untuk mengambilnya, karena sudah ada tangga untuk memanjatnya", Kata Petani Tua tersebut.

Akhirnya malampun tiba menyelimuti suasana pedesaan yang cukup sejuk itu. Tanpa terasa waktupun sudah kembali pagi. Seperti biasanya setiap pagi, Petani Tua itu selalu melihat-lihat kebun Pepayanya. 

Ia berharap beberapa buah Pepayanya sudah dipetik oleh orang yang kemaren malam, dengan agak mudah karena sudah ada alat bantu tangga. Setelah ia amati, ternyata tidak ada satupun buah pepayanya yang kembali dipetik oleh orang misterius tersebut, padahal ia sudah niatkan mempermudahnya dengan adanya tangga pada pohon pepaya tersebut.

Menjelang siang hari, Petani Tua tersebut kedatangan tamu seorang yang tak ia kenal. Tamu tersebut tampak membawa dua kantong besar buah Pepaya yang sudah mulai menguning. "Permisi, Pak Tua!, kata tamu tersebut. 

"Ada apa anak muda, siapa kamu ini?". 

" Maafkan saya pak, sebenarnya saya ini telah mencuri beberapa buah Pepaya milik bapak  kemaren malam, kemudian di malam kedua saya hendak mengambil kembali tanpa ijin". Jawab anak muda tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun