Mohon tunggu...
Roni Patihan
Roni Patihan Mohon Tunggu... Guru - Alumni LIPIA Jakarta, pimpinan Insan Cendekia Boarding School (ICBS) Payakumbuh, Sumatera Barat

Menyukai membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Apakah Merapikan Rumah Hanya Penting Saat Lebaran Saja?

6 April 2024   12:23 Diperbarui: 6 April 2024   12:41 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi merapikan rumah bersama keluarga. Sumber: mitra10.com

Saat tulisan ini dibuat, kami sedang beres - beres rumah. Menjadikannya lebih tertata rapi. Maklum sebentar legi lebaran. Akan banyak tamu - tamu yang datang. Beberapa keluarga dekat barangkali akan tinggal menginap beberapa hari. Maka rumah mesti disiapkan bersih, tertata dan rapi. Beberapa perabotan dan perlengkapan mesti diadakan.

Tahun lalu dinding - dinding rumah, termasuk pagarnya dicat para tukang cat. Hasilnya lumayan bagus. Rumah yang kami huni dan tempati jadi lebih asri dan cantik. Cat berwarna emas dan tembaga menambah kesan mewah rumah yang dapat dikatakan tidak lagi baru itu.

Tahun ini kami hanya beres - beres saja. Membersihkan bagian - bagian tertentu, seperti jendela, ventilasi udara, kursi dan sofa, rak - ruk buku, dan beberapa perabotan lainnya. Dua anak kami, yang satu kelas lima SD dan satu lagi kelas dua SD, sedia membantu jika dibutuhkan.

Sudah beberapa hari ini urusan beres - beres rumah ini belum juga selesai. Ada saja hal - hal yang menurut saya sepele dan remeh, tapi penting menurut istri saya. Tak jarang kami berdebat tentang letak suatu barang, atau beberapa peralatan rumah yang mesti diganti dengan yang baru.

Begitulah istri, ia bisa saja sangat cermat dalam segala hal. Tapi tentu mesti juga rasional dalam menentukan sesuatu. Tak semuanya mesti dibeli saat ini. Tak semua mesti diadakan di hari lebaran yang hanya beberapa hari itu.

Saya setuju jika rumah mesti rapi dan tertata saat berhari raya. Ini menggambarkan kegembiraan kita menyambutnya. Saya sepakat bahwa kue - kue lebaran mesti diadakan sebagai cemilan para tetamu yang datang berkunjung.

Tapi soal beli barang dan perabotan, yang kata istri mesti dibeli, saya sangat selektif dalam hal itu. Tidak semua mesti diadakan di hari lebaran itu. Yang bisa kita beli, alhamdulillah. Jika belum mampu untuk membelinya, tak usah dipaksakan di momen lebaran itu.

Kita bisa membeli di lain waktu. Masih ada lebaran haji beberapa bulan lagi. Biasanya juga ada tamu yang datang. Saat itulah kita beli.

Menurut saya, esensi berlebaran adalah merayakan ketaatan kita kepada Allah, yang telah sanggup menjalankan perintah Allah dengan berpuasa dan ibadah - ibadah lainnya selama sebulan lamanya. Ini bukan waktu yang sebentar menurut saya.

Kita akhirnya menjadi insan yang fitri, yang jika dilihat dari arti bahasanya adalah insan yang terbebas dari dosa dan kesalahan. Ketaatannya selama Ramadan meleburkan dosa - dosa dan kesalahannya. Ia kembali menjadi seperti 'bayi yang baru dilahirkan ibunya'. Bebas dari dosa dan kesalahan.

Inilah yang mesti dirayakan. Adapun perabotan yang baru atau baju baru adalah bonus dari ketaatan. Sebagai pelengkap perayaan. Jika ada, alhamdulillah. Jika belum ada dan kurang lengkap, lidah jangan abai untuk terus bersyukur kepada Allah, Sang Pemberi nikmat.

Menghiasi rumah, menjadikannya lebih rapi bukan hanya mesti dilakukan di hari lebaran saja. Ia adalah pekerjaan kita setiap hari. Agar penghuninya merasa nyaman di dalamnya. Agar momentum kebersamaan dan kehangatan bersama keluarga menjadi lebih bermakna. Agar selalu ada cerita tertulis di rumah itu. Agar pelaksanaan ibadah dan pengabdian kepada Allah oleh seluruh penghuni rumah menjadi semakin khusuk dan intim. Agar Malaikat turut hadir mendoakan penghuni rumah supaya dikaruniai keberkahan, keselamatan dan ketentraman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun