Mohon tunggu...
RONI EWWEK
RONI EWWEK Mohon Tunggu... Lainnya - Alumni Pp. Al-Falah

Asli anak petani desa, ingin merajut mimpi untuk perdamaian bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Syirot... Jembatan PenuhTeka-teki

14 November 2021   08:24 Diperbarui: 14 November 2021   08:30 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari kian berganti tidur pun harus aku lewati tanpa mimpi. Aku mencari sesuap nasi, tak ada. Betapa sulitnya hidupku. Aku tak pernah merasa dicaci apalagi dibuli sampai sakit hati tapi aku ngerasa tuhan tak pernah memberiku mimpi untuk aku menjadi seseorang yang tinggi. Aku bangun hanya untuk makan bukan bersenang-senang. 

Aku tidur setelah kelelahan mencari makan. Dan hari ini aku berada disuasana berbeda, suasana yang penuh dengan kesaksian, pengadilanpun sudah didepan mata, sementara aku selalu mengeluh saat di dunia. Semua berjalan bergantian. Ngerinya seseorang jatuh karena dia takabbur, padahal dulunya dia kaya, dia pengusaha dan dia pemilik banyak harta. Beberapa langkah lagi sudah giliranku, aku merasa sumuk orang didepanku mulai maju dengan langkahnya dengan gemetar yang begitu luar biasa. 

Dia melangkah dengan cepat di jembatan syrot itu, jembatannya kecil tiada yang lebih kecil lagi jembatan dari pada jembatan ini. Tapi dia begitu cepat. Tanyaku pada diriku. Disamping orang itu banyak makhluk makhluk yang indah dengan sinar yang terang dan tersenyum senyum indah. Aku bahagia melihatnya setiap kali mau tergelincir dia selalu menolong dan mengaktanya lagi ke jembatan yang indah itu. Di sudah sampai diujung jembatan itu. 

Aku bergemetar  giliranku saat ini. Takut paling takut yang pernah kurasakan adalah saat ini. Aku memulai langkahku dengan rasa gugup yang pernah kurasakan. langkah pertama memasuki jembatan terlihat panas api dan merahnya kobar api dibawahnya yang bergelimpangan orang orang dengan siksaan yang terpendih. Aku terus melangkah demi langkah dengan berat. Tiba tiba aku hampir tergelincir dengan kaget dan sebegitu kagetnya. 

Tak bisa aku bayangkan betapa sakitnya jatuh kebawah kobaran api itu. Mungkin nasibku akan malang semalang malangnya dengan rasa panas yang tiada bandingannya. Akan tetapi makhluk indah itu menolongku dengan sepenuh hati mengadukan kepada Tuhanku bahwa aku pernah membacanya dengan lantunan indah dan ikhlas. 

Terimakasih terbaik dan terbanyak ingin aku ucapkan kepadanya. Aku tanya sembari melanjutkan langkah langkah yang penuh dengan tergelincirnya aku dan ditolongnya aku lagi. Dia menjawab aku adalah Al Qur'an yang pernah kau baca ditengah kau mencari sesuap nasi itu. Aku adalah peluhmu yang berjalan demi kehidupan mu di esok harinya. Aku adalah tangisanmu yang ketika ikhlas karena Allah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun