Mohon tunggu...
Ronald Anthony
Ronald Anthony Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Hanya seorang pembelajar yang masih terus belajar. Masih aktif berbagi cerita dan inspirasi kepada sahabat dan para mahasiswa. Serta saat ini masih aktif berceloteh ria di podcast Talk With Ronald Anthony on spotify.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saturday Morning #1 - "Menjadi Pemberani di Masa Pandemi"

30 Mei 2020   07:58 Diperbarui: 30 Mei 2020   08:12 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu, 30 Mei 2020 - Penghujung akhir bulan Mei.

Selamat Pagi teman-teman kompasianer, senang rasanya bisa kembali menjadi bagian kompasiana. Tempat pertama saya mengenal dan belajar dunia tulis menulis di dunia maya. Bahkan, secara pribadi saya sangat takjub melihat perkembangan kompasiana yang semakin baik. Perkembangannya sangat pesat dan sangat jauh ketika dibandingkan tahun 2010 ketika saya pertama kali bergabung di kompasiana ini. Semakin baik dan semakin dikenal itu merupakan dua ungkapan yang bisa menggambarkan suasana hati saya melihat perkembangan ini. 

Masa pandemi covid-19 yang sangat meluas ini membuat banyak sekali pihak termasuk salah satunya pemerintah untuk membuat ajakan untuk  Work From Home atau yang dikenal dengan hashtag di rumah aja. Kondisi yang  terjadi akhir-akhir ini membuat orang dituntut semakin kreatif, semakin inovatif. 

Bahkan, tidak jarang saya melihat banyak sekali kemudahan teknologi yang dapat kita rasakan di masa pandemi, seperti resep-resep masakan yang bertebaran, kolaborasi musik dalam bentuk konser virtual, melakukan rapat via online, atau cerita seminar via online yang akrab disebut webinar. Semua pada akhirnya dilakukan untuk membunuh rasa bosan dan kemalasan yang mulai menghinggapi para kaum rebahan. Tidak terkecuali saya yang sangat merasakan dampaknya. Meeting dengan aplikasi, mau belanja lewat aplikasi, mau jalan-jalan pun kadangkala saya lakukan dengan aplikasi.

Kehidupan yang rata-rata dilakukan via aplikasi dan juga kondisi ini yang pada akhirnya memaksa kita semua untuk mempunyai sikap solidaritas untuk berdiam diri  di  rumah. Saya juga tak ingin ketinggalan, melihat teman-teman saya yang membagikan tulisan-tulisan mereka yang ditulis di blog juga membuat saya kembali membuka ingatan saya sepuluh tahun yang lalu semasa menulis di kompasiana. 

Masa itulah saya ditempa, mencoba belajar dan mengenal dunia tulis menulis via maya. Pada akhirnya, saya sadari kemampuan saya merangkai kata, menulis dengan bahasa yang  runut saya dapatkan ketika menulis di kompasiana. Baik, belajar menulis secara sendiri ataupun belajar melalui tulisan-tulisan kompasianer yang lain termasuk mas Wisnu Nugroho melalui tulisan-tulisannya yang tajam tapi sekaligus menggelitik. 

Oleh karena itu, secara pribadi saya juga berikhtiar untuk terus membagikan tulisan yang saya punya melalui media ini. Dengan mencoba konsisten dalam memberi bentuk tulisan saya di dalam bingkai yang disebut "Saturday  Morning" yang berisi catatan-catatan saya yang rencana akan saya unggah di setiap sabtu pagi. 

Hal ini pun karena saya terinspirasi dan juga bersemangat melihat tulisan-tulisan jurnalis senior seperti Bapak Dahlan Iskan dalam Catatan Dahlan Iskan sampai yang millenial seperti anaknya Pak Dahlan, Mas Azrul Ananda dalam rubrik Happy Wednesday di Jawa Pos. Maka-nya saya masih terus berusaha dan belajar untuk membuat model tulisan-tulisan saya seperti model atau bentuknya pak dahlan atau mas azrul, yaitu tulisan yang ringan dan mudah untuk dipahami.

Judul Menjadi Pemberani di masa pandemi ini saya maksudkan bukan agar orang yang membaca kemudian berani keluar rumah secara sembarangan dan tidak memakai masker serta sebagainya. Saya, secara pribadi khawatir kalau kemudian ini tidak ditanggapi secara serius dan tidak ditanggulangi dengan cepat, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan menyaingi Amerika serikat dalam hal jumlah pasien. Kepatuhan diri tentu menjadi yang utama dalam mencegah kondisi ini semakin meluas. 

Namun, saya melihat kepatuhan orang Indonesia sangat rendah dan  cenderung menganggap enteng. Terbukti, pada saat mendekati hari raya Idul Fitri kemarin media lokal di daerah saya ini, membahas mengenai kondisi pasar yang begitu sangat ramai dengan yang berbelanja kebutuhan untuk hari raya dan jelas hal ini bertentangan dengan prinsip physical distancing serta #dirumahaja yang dikampanyekan selama ini.

Tentu kita ingat bagi bangsa kita ini bukanlah kasus penyebaran virus yang pertama. Virus SARS, Flu Burung, Flu Babi, dan Mers tentu sudah menjadi cerita yang menghiasi dunia kesehatan kita beberapa tahun kebelakang. Ketika, melihat kebelakang nyatanya kita mampu untuk melewatinya walaupun katakan dengan langkah yang cukup tertatih-tatih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun